Love alias cinta, sepertinya kita selalu dipertanyakan definisi dari kata tersebut sejak kita kecil.
Saya sering bertanya-tanya sejak kecil di dalam hati apakah definisi cinta itu sebenarnya.
Kita sering mendengar bahwa cinta itu rela berkorban, saling memaafkan, dan cinta itu identik dengan pasangan lawan jenis.
Sedangkan cinta untuk orang tua, keluarga dan teman dinamakan kasih.
Pada relasi saya yang pertama, tentunya saya juga punya keinginan untuk menerapkan semua teori yang saya tau tentang apa seh cinta pada pasangan.
Tapi karena usia, pengalaman dan mungkin faktor lainnya, relasi saya kurang berjalan baik.
Setelah usia saya cukup dewasa dan memulai relasi kembali, saya harus mengakui bahwa saya telah mengenal lebih baik arti dari cinta itu sendiri.
Saya sadar bahwa saya mencintai 2 orang dalam hidup saya, pertama adalah Yesus sebagai Tuhan saya dan yang kedua adalah pasangan saya.
Apa yang saya rasakan terhadap mereka ? Terhadap keduanya saya merasakan keinginan untuk membahagiakan keduanya,
keinginan untuk tidak menyakiti perasaan keduanya, keinginan untuk memberikan yang terbaik, rasa memaafkan yang terus-menerus,
perasaan mengerti dan memahami kepribadian mereka, perasaan menerima apa adanya.
Walaupun tetap ada perbedaan untuk keduanya, yang satu cinta kepada Tuhan, dan yang satu cinta kepada manusia.
Untuk keluarga, ya saya merasakan cinta, tapi memang benar berbeda. Ini lebih kepada kasih. Saya juga merasakan keinginan untuk membahagiakan,
perasaan memaafkan dan semua perasaan yang sama, hanya kadarnya menurut saya ‘berbeda’. Yang satu seperti saya mengasihi diri saya sendiri,
sedangkan yang lain saya merasakan mengasihi sebagai mengasihi bersifat external.
Apakah ada pendapat lain tentang itu ?
Patah Hati
wuih, perasaan patah hati itu memang tidak enak,
memang benar lagu Lebih Baik Sakit Gigi dari pada Sakit Hati hahaha…
Putusnya hubungan saya denga cowo pertama saya membuat saya mengalami patah hati saya yang pertama.
Hari putusnya hubungan kami, saya tidak merasakan apa pun.
Saya merasakan bahwa saya menemukan kebebasan seorang single…hahaha…mungkin dikarenakan cowo saya protektif.
Hari kedua, saat itu saya sedang di kampus, mendengarkan pelajaran dari dosen,
tiba-tiba air mata saya mengalir. Mengalir tiada henti.
Saya yakin dosen itu tahu tapi tidak bicara apa pun..hahaha
Saya hanya menunduk untuk mengalihkan aliran air mata saya.
Kemudian, saya mulai tidak bisa makan.
Bermimpi buruk pada malam hari, seperti tidak percaya bahwa hubungan ini berakhir.
Saya berpikir ini hanya permainan. Hanya sementara. Dia mencintai saya dan dia akan kembali.
Saya menunggu, dengan pikiran saya tetap memberikan jangka waktu.
Saya pikir sekarang sudah sifat alamiah seorang wanita untuk setia, meski hubungan berakhir, tapi dia terkadang setia….hahaha
Tapi patah hati membuat saya berpikir dan berpikir mengenai hubungan saya. Apa yang bisa saya perbaiki untuk hubungan berikutnya, apa yang perlu saya tingkatkan untuk saya sendiri.
Patah hati memang membuat seseorang menjadi lebih dewasa, dengan menerima dan memperbaiki.
Beruntunglah orang yang tidak pernah patah hati, tetapi orang yang patah hati juga beruntung, karena akhirnya mereka memperoleh hubungan yang lebih baik akibat pembelejaran mereka dari patah hati.
Jatuh Cinta pada Pria yang Salah
Akhirnya perasaan cinta itu datang lagi, senangnya….rasanya berbunga-bunga deh,
menanti waktu bertemu, menanti untuk ngisengin dia hehehe…
Kayanya cobaan seberat apapun bisa dihadapi kalo ada si dia..hehehe…
Setelah 4 tahun, aku jatuh cinta lagi. Aku heboh kepada keluargaku. Aku jatuh cinta lagi…
Hari demi hari dilalui, kami seperti menutup mata bahwa kami berbeda agama…
Tapi kelamaan, perbedaan itu makin terasa dan akhirnya aku harus mengakhiri semuanya…
Sedih lagi…
Satu tahun berlalu, kali ini aku jatuh cinta dengan pria teman sekolahku dulu, rasanya aku beruntung,
karena satu perbedaan yang dialami sebelumnya tidak ada. Kami seagama. Saya mulai menaruh
harapan, mulai menunjukkan sedikit tanda-tanda pada si dia, tetapi si dia kok tidak maju-maju ya,
walaupun sering mengajak keluar, walaupun kata teman-temannya dia menyukai aku.
Waktu berlalu, akhirnya aku harus memutuskan dia bukan untuk aku.
Tahun berikutnya, aku jatuh cinta kembali. Kali ini dengan teman sekantor.
Dikatakan jatuh cinta juga tidak, karena dia bukan tipeku.
Tapi teman-temannya mengatakan dia suka padaku, dan dia rajin mengirimkan sms, email, salam, dll, termasuk mengajak makan di luar kantor, berdoa bareng.
Lama-lama timbul harapanku, mungkin dia adalah the one. Aku belajar untuk menyukainya dan dalam akhirnya aku menyukainya.
Makin lama aku makin dekat dengan si dia, perasaanku sudah mengatakan kami akan bersama.
Dan pada saat aku berpikir bahwa tinggal 1 % lagi kami menjadi pasangan, si dia mengatakan bahwa dia bersama wanita lain.
BOOM! Rasanya seperti ada bom…hahaha….
Sharing segera dilakukan terhadap teman dan keluarga, apakah aku salah bahwa aku berharap atas segala tindakannya padaku ?
Jawabannya tidak, karena dia memang menjanjikan surga…hahaha…
Akhirnya, aku mengambil kesimpulan bahwa itu semua bukan salah aku. Aku adalah orang yang berharga, hanya belum menemukan pria yang tepat.
Pikiran itu membuat aku merasa bahwa waktuku belum datang, dan menunggu sampai waktunya datang, aku bisa terus meningkatkan diri dengan belajar, meniti karir, bersosialisasi,dsb.
Mencari Cinta yang Membabi Buta
Waktu terus berjalan, aku masih belum menemukan pasanganku. Rasanya sudah mulai gila…hahaha…
Kemana pasanganku ? Aku mulai aktif ikut acara keagamaan, aku mulai ikut aktif terlibat kumpul-kumpul,
aku ikut acara dating, apapun acara yang menurut aku positif, aku ada di sana.
Ketemu pria yang agak lumayan, aku coba untuk mengenalnya lebih dekat, belajar untuk menyukainya.
Hasilnya nihil. Aku berdoa : Tuhan, seberapa lama lagi ? Siapakah yang belum siap ? Aku atau pasanganku ?
Everyday I am Happy
I already had a relationship with my boyfriend for more than a year. I love him so much. I learn many things in this relationship. I learn how enjoy I am in this relationship. We don’t need to be worry about anything too much. We trust each other. Even if he didn’t call me, I still can enjoy myself and do my things.
I am lucky to find a guy that I can get along with so easily. Sometimes I feel like I can’t stop praise the Lord for His kindness to let me know him. I like the way he treats me, so nice and so respect. Nothing more that I can ask for.
Like others relationship, my relationship sometimes has bad times, like I felt jealous ;p
and I did bad as reaction, or sometimes I am pretty scare to hear his voice just say ‘What are you doing?’ (‘in certain ways’) hahaha…Suddenly I paid attention a lot.
But, as I grew older, I know the key in relationship is the same. Give what you want to get. I don’t wanna be selfish. I wanna listen and understand what he thinks and feels. And also, I don’t pay too much attention to small things that I assumed it was a big deal before. I love and accept him the way he is, and for the result, he treats me like I am the most beautiful woman on earth. Everyday I feel like I hear his voice says how beautiful I am. How I am grateful because he always wants to make me happy, even I am.
I feel happiness everyday.
Thanks dear…I love you
Pre-wedding
Setelah 2 tahun, akhirnya pasanganku melamarku…Kegembiraan bahwa sebentar lagi aku menjadi milik seseorang. Menjadi Nyonya seseorang. Saya pikir itu impian semua wanita. Ditambah aku bahagia.
Kekuatiran pernah menghampiri…jelas… Aku pernah kuatir, benarkah dia si Mr Right ? Benarkah dia orang yang aku tunggu selama ini ?
Tapi dia memang selau mendampingiku, mendengarkan aku, sehingga kekuatiran itu tidak pernah muncul, berganti dengan setiap hari aku semakin yakin..hahahaha…
Kemudian aku berpikir, semua waktu yang aku tunggu menjadi berarti. Ternyata (dugaanku) memang si dia yang belum siap. Selama aku menunggu sekian tahun, pada saat itu dia bersama kekasihnya dimana dia belajar menghadapi wanita, mengerti arti hubungan lebih dalam dan akhirnya aku yang beruntung 🙂 Aku suka berpikir betapa beruntungnya aku, dengan pembelajaran dia bersama para kekasihnya dulu membuat aku sekarang menjadi seperti ratu.
This picture is telling the suffering of a poor bird shocked with his wife’s fatal injury.
Here his wife is injured and the condition is very appallin.
Here he brings her food and attend her with love and compassion
Brings her food but shocked with her death and try to move her
He is aware that his sweetheart is dead and will not come to him again he cries with adoring love
Stand beside her and scream saddened of her death.
Finally aware that she would not return to him and she departed him, stand beside her body with sad and sorrow.
Link yang Lain :
– Perbedaan Cinta antara Pria dan Wanita