Cowoku seorang pria kulit putih. Mempunyai hubungan dengan pria berlatar belakang (sangat) berbeda, sedikit banyak mempengaruhi kehidupan romantisku. Biasanya saat kecil aku membayangkan pria dengan latar belakang tidak jauh berbeda yang akan mengisi hidupku. Kini aku berhadapan dengan pria yang benar-benar tidak pernah terbayangkan akan menjadi pendampingku.
Pada saat dia melamarku pun sangat berbeda dari yang kubayangkan. Jika di budaya Cina keterlibatan keluarga sangat dominan dalam lamaran (karena menyangkut 2 keluarga), dalam budaya western keterlibatan personal lebih dominan. Budaya western akan lebih menekankan persetujuan kedua belah pihak pria dan wanita, sebelum memberi tahu kepada pihak keluarga. Pada budaya itu, umumnya pria akan menyiapkan sebuah cincin tunangan yang dijadikan simbol bahwa wanita ini telah dilamar oleh pria dan sedang menuju ke proses selanjutnya yaitu pernikahan. Pada saat pemberian cincin, pria biasanya akan menciptakan suasana romantis, seperti candle light dinner, melakukan kegiatan romantis bersama, dll. Pada saat yang tepat, dia akan mengajukan diri untuk menikahi wanita tersebut dan menanyakan kesediaan wanita tersebut untuk menjadi istrinya. Kini giliran wanita untuk menjawab lamaran si pria. Jawaban bisa diberikan saat itu juga atau berdasarkan durasi yang telah disepakati bersama. Jika kedua belah pihak setuju, maka giliran pihak keluarga diberitahu oleh pihak pria dan wanita. Biasanya mereka sudah mempunyai bayangan tanggal pernikahan. Namun bila si wanita tidak setuju, maka si wanita tidak mempunyai hak atas cincin yang akan diberikan. Pernah saya membaca suatu kasus di Australia, ketika seorang wanita membatalkan pertunangan (lamaran), maka si wanita diharuskan mengembalikan cincin kepada si pria.
Pada budaya Cina yang selalu kulamunkan waktu kecil, seingatku pihak wanita mempunyai peranan kecil dalam lamaran. Sebagian besar dilakukan oleh pihak pria, karena bagi tradisi Cina si pria akan meminta si wanita untuk menjadi miliknya (milik keluarganya) dan bagi pihak keluarga wanita, si anak wanita akan pergi meninggalkan rumah.
Pada saat melamar wanita, si pria akan mengontak si mak comblang (jaman sekarang sudah digantikan dengan si wanita itu sendiri) untuk membicarakan hari baik bertemu dengan keluarga wanita dengan tujuan lamaran. Jika tanggal sudah didapat (biasanya seh berarti keluarga wanita kemungkinan besar menerima lamaran si pria), si pria akan mulai sibuk untuk menyiapkan bekal lamaran alias mas kawin.
Barang-barang yang umumnya dibawa adalah buah-buahan, manisan, permen, dan kue-kue manis. Semuanya dibungkus dalam tempat berwarna merah khas China (juga disertai dengan warna emas).
Barang yang manis melambangkan bahwa pernikahan ini akan selalu dipenuhi dengan kemanisan, sedangkan buah-buahan melambangkan agar pernikahan ini segera berbuah.
Semakin banyak mas kawin maka semakin mentereng gengsi si pria.
Untuk lebih wah, ada juga yang membawa pakaian, mulai dari pakaian pesta, pakaian sehari-hari, pakaian tidur, sepatu, makeup dan parfum untuk si wanita. Hal ini melambangkan bahwa si pria akan memenuhi kebutuhan sandang si wanita.
Terkadang si pria juga membawa arak dan perhiasan. Perlu diingat bahwa semua barang yang dibawa harus berjumlah genap.
Pada hari lamaran, si pria akan datang bersama keluarganya.
Dan mereka akan beramah-tamah antara orang tua pria dan wanita.
Mereka akan saling mengenalkan keluarganya satu sama lain, dan saling mengakrabkan diri, setelah itu mereka akan mengutarakan keinginan mereka kepada orangtua si wanita, jika orang tua si wanita menyetujui lamaran tersebut, maka si orang tua pria akan
mengalungkan sebuah kalung kepada si wanita. Pengalungan ini mempunyai simbol bahwa si wanita sudah diikat oleh keluarga si pria,
sudah menjadi milik keluarga si pria, dimana si wanita dilarang melihat-lihat pria lain dan begitu juga dengan si pria. Sejak saat itu si wanita sudah wajib memanggil orang tua pria dengan panggilan mama dan papa.
Setelah itu si pria memberikan angpau(uang susu) kepada ibu si wanita.
Hal ini melambangkan bahwa si pria berterima kasih atas jasa orang tua si wanita untuk membesarkan si wanita.
Setelah itu, kedua keluarga akan membicarakan tanggal baik untuk pernikahan. Orang China biasanya akan menghitung hari baik berdasarkan tanggal lahir kedua calon mempelai.
Acara lamaran akan ditutup dengan pesta makan-makan yang diselenggarakan oleh pihak keluarga si wanita.
Dikarenakan cowoku adalah orang western dan aku orang Chinese, maka dia berusaha menggabungkan 2 budaya, selain itu juga ada unsur kesimpelan dalam lamaranku. Pertama, dia menggunakan cara western untuk melamarku. Aku diajak ke suatu hotel untuk menikmati makan malam yang romantis, kemudian dia mulai memberikan bermacam-macam hadiah dan ditutup dengan sebuah kotak kecil berisi cincin tunangan dan dia menanyakan kesediaanku untuk menjadi istrinya, dan aku menjawab ya.
Setelah itu, mulailah kita sibuk berbelanja untuk lamaran ke keluarga. Kami membeli coklat sebagai ganti barang-barang manis, agar kehidupan pernikahan kami selalu manis, kami mebeli buah-buahan agar kehidupan pernikahan kami berbuah keturunan yang manis dan baik, kami membeli pakaian sebagai simbol bahwa segala kebutuhan termasuk sandang akan terpenuhi. Semuanya kami tempatkan ke dalam nampan dan keranjang buah yang manis. Kami hiasi dengan renda-renda cantik.
Kemudian kami bawa ke rumah saya, dimana semua anggota keluarga senior telah berkumpul. Si cowo akan mengungkapkan maksudnya, dan keluargaku mulai mengajukan beberapa pertanyaan berkenaan dengan itu. Setelah puas acara tanya-jawab, akhirnya keluargaku menyetujui. Cowoku pun menyematkan sebuah cincin kepadaku. Kami kemudian menutupnya dengan acara makan malam bersama.