All posts by melisa

Lasik, Operasi Tanpa Pisau

Siapa pun tentu mengidamkan memiliki mata sehat dan indah. Kenyataannya, banyak orang terkena gangguan refraksi mata sehingga harus memakai kacamata atau lensa kontak. Bagi penderita gangguan refraksi mata yang tinggi, pemakaian alat bantu itu menimbulkan rasa tidak nyaman dan menghambat aktivitas sehari-hari.

Dengan teknologi canggih, kini penderita gangguan refraksi mata bisa terbebas dari kacamata atau lensa kontak dengan menjalani prosedur lasik (laser-assisted in-situ keratomileusis). Terapi ini mengubah bentuk lapisan kornea sehingga bisa mengoreksi kelainan refraksi mata rabun jauh (miopi), rabun dekat (hypermetropia), atau mata silinder (astigmatisme). Terapi itu mampu mengoreksi kelainan refraksi mata dari +4 sampai -14 diopri. Mata silindris bisa dikoreksi dari -0,5 sampai -5.

Namun, tak semua gangguan refraksi mata bisa dikoreksi dengan lasik. Penderita kecekungan mata terlalu tinggi, glaukoma, mata kering, dan kelainan retina dianjurkan tidak menjalani operasi lasik. Syarat lain, pasien berusia 18 tahun ke atas, tidak sedang hamil, penglihatan stabil minimal enam bulan, tidak menderita diabetes dengan kadar gula tidak terkontrol.

Lasik konvensional memakai alat mikrokeratom, semacam pisau elektrik, untuk membuka lapisan permukaan kornea mata, kemudian sebagian lapisan kornea dihilangkan dengan laser. Lapisan permukaan kornea yang dibuka (flap) akan dikembalikan ke posisi semula.

Terapi ini dapat dilakukan pada kedua mata bersamaan. Setelah lasik, pasien kemungkinan merasa lelah, mata merah, tidak nyaman, mata seperti berpasir dan sensitif terhadap cahaya, penglihatan terasa berkabut. Gejala-gejala ini terasa selama 1-6 jam pascatindakan.

Sejauh ini tingkat keberhasilan operasi lasik konvensional mencapai 90 persen. ”Tidak semua penderita gangguan refraksi mata perlu prosedur lasik. Ini pilihan bagi pasien,” kata dokter spesialis mata dari Klinik Mata Nusantara, Hadi Prakoso, dalam Bali Ophthalmology Retreat, pekan lalu, di Jimbaran, Badung, Bali. Juga, tidak semua operasi lasik memberi hasil memuaskan. Kadang-kadang terjadi tajam penglihatan pascatindakan yang kurang atau berlebihan (under atau over correction). Ini bisa diperbaiki dengan laser tambahan setelah kondisi mata stabil atau dalam tiga bulan setelahnya.

Pasien juga bisa silau saat melihat pada malam hari. Efek samping lain adalah gejala mata kering yang akan hilang dengan sendirinya. Flap kornea bisa bergeser jika terjadi trauma pada mata, misalnya menggosok bola mata terlalu kuat. Flap akan melekat cukup kuat setelah seminggu.

Sejauh ini, menurut ahli bedah refraktif, dr Brian Boxer Wachler, dalam situs www.allaboutvision.com, komplikasi dalam prosedur lasik konvensional biasanya terkait pembuatan flap yang salah. Pembukaan lapisan permukaan kornea mata kemungkinan terlalu tipis.

Sejumlah studi yang dipublikasikan American Journal of Ophthalmology menyebutkan, komplikasi pembuatan flap berkisar 3-5,7 persen dari total jumlah pasien lasik. Komplikasi terkait pada pembuatan flap antara lain bentuk flap tidak normal, infeksi mata—akibat ahli bedah kurang berpengalaman.

Intralase lasik

Ahli mata dari FreeVis LasikCenter Fakultas Kedokteran Mannheim Universitas Heidelberg, Jerman, Michael Knorz, menyatakan, lasik telah diakui Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat lebih dari sepuluh tahun silam. Namun, baru September 2007 Badan Nasional Ruang Angkasa dan Aeronautika AS (NASA) menyetujui penggunaan prosedur intralase (laser) lasik atau dikenal dengan istilah iLasik.

Terapi intralase lasik merupakan teknologi baru yang kini dikembangkan di sejumlah negara di dunia, termasuk Indonesia. Dalam iLasik, pembuatan flap tidak memakai pisau elektrik, namun dengan femtosecond laser 60 kilohertz. Jadi, mata pasien tak tersentuh pisau bedah.

Prosedur iLasik menggunakan peranti lunak komputer untuk memandu laser intralase dalam membuka lapisan permukaan kornea mata. Dengan laser khusus, flap kornea dibuat dengan presisi dan tingkat keakuratan sangat tinggi, tajam penglihatan lebih baik daripada saat pasien memakai kacamata. Terapi ini juga lebih aman, dengan lasik tanpa pisau berarti menghilangkan sumber utama penyebab komplikasi pembuatan flap.

Keunggulan lain operasi lasik tanpa pisau bedah adalah mengurangi gejala mata kering, flap lebih tipis, kemungkinan under atau over correction lebih jarang terjadi. Menurut ahli bedah refraktif iLasik Vance Thompson dalam situs www.allaboutvision.com, iLasik memberi peluang bagi seseorang yang tak dapat menjalani lasik konvensional, di antaranya karena lapisan kornea terlalu tipis, untuk melihat dunia tanpa alat bantu.
(Kompas, Rabu, 30 Mei 2008, Evy Rachmawati)

Hari Kartini

Di Indonesia, setiap tanggal 21 April diperingati sebagai hari Kartini, hari dimana emansipasi wanita diingatkan kembali kepada kita semua, baik pria dan wanita untuk menghargai dan mengakui bahwa wanita adalah partner pria yang sejajar.

Sebenarnya apa seh yang dimaksud dengan emansipasi wanita tersebut ? Banyak orang salah mengartikan. Mereka berpendapat apabila ada emansipasi wanita berarti wanita juga harus mengerjakan semua hal yang pria kerjakan, termasuk hal-hal fisik seperti angkat-mengangkat. Padahal apabila kita lihat secara fisik, hal ini saja sudah berbeda. Fisik pria dan wanita diciptakan berbeda dan untuk saling melengkapi. Hormon yang terdapat didalam mereka juga berbeda. Mereka diciptakan untuk saling melengkapi. Fisik wanita diciptakan untuk melakukan pekerjaan yang lembut, seperti memasak, menjahit, dan mengurus rumah tangga. Sedangkan pria diciptakan untuk melakukan pekerjaan fisik, seperti bertani, beternak, membangun rumah, dsb.

Tapi apakah kita tidak menutup mata terhadap adanya koki atau desainer pria yang justru keahliannya melebih wanita ?
Ataukah kita memalingkan muka ketika ada seorang wanita mampu memimpin sedemikian besar orang dengan sangat baik ?
Tentunya tidak.

Emansipasi mengingatkan kita bahwa kita semua adalah sejajar dan saling melengkapi. Tidak ada lagi pandangan yang merendahkan bahwa pihak lain tidak bisa mengerjakan pekerjaan pihak satunya. Kita adalah sejajar. Tentunya ini juga kita lihat dari segi pandang tertentu, seperti karir atau kesempatan yang diberikan.

Bagaimanapun, kita juga jangan melupakan kodrat kita, baik fisik maupun non fisik. Wanita tentunya juga mempunyai fungsinya sendiri sebagai wanita yaitu hamil dan melahirkan. Seorang pria sebagai fungsinya yang memberikan sperma/ melakukan pembuahan pada wanita. Wanita juga jangan melupakan tugasnya sebagai istri dan ibu rumah tangga, begitu juga pria dengan tugasnya sebagai kepala keluarga dan pemberi nafkah.

Semua mempunyai fungsinya masing-masing, yaitu hanya untuk membuat dunia ini ke arah yang baik, berikan kesempatan kepada setiap orang untuk mewujudkan impian dan cita-citanya.

Single vs Marriage

Single dan married benar-benar merupakan suatu kontroversi. Ada yang berpendapat single adalah masa yang indah, tanpa perasaan terkekang. Ada yang berpendapat marriage adalah hal yang hakiki di mana 2 insan saling berbagi. Status single atau married selalu menjadi perdebatan yang semakin sering dilakukan, mengingat dead line menikah semakin diundur, terutama bagi para wanita.

Kehidupan single semakin banyak dipilih kaum dewasa belakangan ini. Banyak yang memperpanjang masa singlenya untuk lebih menikmati masa kesendiriannya. Alasan-alasan yang diutarakan sudah sering kita dengar, mulai dari mau meniti karier terlebih dahulu, belum menemukan pasangan yang sesuai, rasa pahit telah disakiti pasangan, dan masih banyak lagi.

Saat ini saya sedang menjalin hubungan dengan seseorang pria yang baik. Tentunya sebelum saya berkenalan dengan pria ini, saya juga pernah menjalani status sebagai seorang single. Suka dan duka sebagai single pun saya paham. Sukanya ketika saya bisa melihat banyak pria dengan bebasnya, mengatur waktu dan kegiatan saya dengan sepuasnya, bahkan memakai baju pun sesuai dengan selera saya (untungnya selera saya tidak macam-macam ;p). Saya bisa menelpon pria mana pun yang saya mau.
.
Dukanya, kadang ada saat-saat saya membutuhkan seorang pria yang bisa menjadi pendamping saya, menemani saya, berbagi suka dan duka dalam hidup dalam arti sebenarnya. Ayooo…ngaku…kalo semua juga merasakan yang sama.

Seperti yang saya katakan sebelumnya. Sekarang saya sedang menjalin relasi dengan seorang pria. Thanks Tuhan karena dia pria yang baik. Tentunya saya menjadi tidak sebebas dulu lagi, bergaul dengan pria semau saya dan sebagainya. Sekarang saya harus memperhatikan perasaan pria saya. Saya dapat membawa diri saya dengan baik ke dalam lingkungan tanpa merugikan diri saya sendiri atau mengecewakan perasaan pria saya.

Sekaran bila menghadiri suatu acara, saya telah membawa pendamping, yang akan menemani. Kemanapun ada yang mengantar, dan kapanpun ada yang melindungi. Perasaan aman, terlindungi dan hangat akan ada saat kita mempunyai ‘seseorang’.
Perasaan untuk tidak egois lagi juga akan muncul, karena kita sekarang tidak lagi sendiri. Kita juga harus memperhatikan pasangan kita.

Saya bisa membayangkan bagaimana status married itu. Perasaan seperti sekarang dengan status legal oleh hukum. Mungkin lebih komitmen untuk tidak mudah menyerah pada saat tantangan menghadang. Lebih banyak bekerja keras dalam membangun relasi karena bagaimanapun manusia mempunyai keegoisannya.Lebih merasa aman karena telah berkomitmen lebih satu dengan yang lain.

Dalam kesempatan ini, saya mau meng-encourage teman-teman baik yang masih single maupun sudah married bahwa setiap waktu dalam kehidupan kita mempunyai arti karena pergunakanlah setiap waktu tersebut dengan hal-hal yang berguna dan membangun. Bagi teman-teman yang masih single, saya yakin pasti nanti akan ada waktu yang terindah yang sudah dipersiapkan bagi semuanya dan bagi teman-teman yang sudah married, sayangilah pasangan anda seperti anda menyayangi diri anda sendiri. Jadi status single or married….it is not a big deal..

Thanks God, I live in this time period

Hobiku membaca. Dan jika aku sedang membaca cerita-cerita atau kisah-kisah yang menggambarkan wanita zaman dulu, betapa merasa beruntungnya aku dilahirkan dan dibesarkan di zaman sekarang ini. Ketika aku mendengar kisah nenekku yang hanya makan berupa nasi dan kuah ayam walaupun secara ekonomi dia terlahir sebagai putri dari keluarga kaya, membuatku merasa benar-benar prihatin pada kehidupan wanita pada jaman itu. Tidak mengherankan saat itu tingkat kematian para wanita sewaktu melahirkan sangat tinggi.Dan rasanya sangatlah masuk akal juga jika banyak wanita pada masa itu tidak mengenyam pendidikan.

Pernah aku membaca suatu artikel dimana nasib wanita pada dunia barat juga tidak jauh berbeda dengan wanita dunia timur, mulai dari kesempatan mengenyam pendidikan hingga dalam berkarier. Sangatlah sulit bagi wanita untuk memperoleh gaji yang sama dengan yang diperoleh kaum adam bahkan setelah perang dunia II alias abad ke-20. Dalam kehidupan berumah tangga pun, jika wanita berkarier dan rumah tangganya gagal, maka sudah dipastikan penyebabnya adalah wanita tersebut. Wanita disalahkan karena dianggap menyalahi kodratnya sebagai ibu rumah tangga alias tinggal di dapur, mengurus anak dan suami.

Aku dilahirkan pada tahun 1978. Pada saat itu aku pun dididik oleh orang tuaku dan lingkunganku bahwa wanita akhirnya akan masuk dapur. Kita seperti dicecoki dengan perbedaan pria dan wanita yang begitu mencolok. Wanita digambarkan begitu lemah dan hanya bisa menggunakan air matanya untuk memperoleh belas kasih pria.

Waktu aku kecil, aku sering bertanya-tanya dalam hati, apakah memang wanita tidak bisa melakukan apa yang pria bisa ? Tahun bergulir, ternyata pertanyaanku adalah pertanyaan semiliar wanita lainnya. Wanita-wanita memperjuangkan haknya dan membuktikannya kini bahwa mereka memang bisa.

Pendapatku mengenai kesetaraan adalah bahwa wanita dan pria diciptakan Tuhan dengan sangat unik dan mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Mereka saling melengkapi dan hal itulah yang menjadikan mereka partner yang sepadan. Harus diakui, dilihat dari sisi religius, alkitab mengatakan bahwa wanita tercipta dari tulang rusuk pria. Dan alkitab juga mengatakan bahwa pria adalah kepala rumah tangga. Bagaimanapun juga wanita harus menghormati pria sebagai kepala. Menurutku, wanita yang baik adalah wanita yang menghargai prianya sebagai tuannya. Sedangkan pria yang baik adalah pria yang mengasihi wanitanya seperti dirinya sendiri.

Terlepas dari itu, sekali lagi saya mau berterima kasih kepada banyak wanita yang telah memperjuangkan hak-hak wanita sehingga banyak wanita sekarang dapat mengenyam pendidikan tinggi (tidak kalah dengan pria), berkarier sampai puncak (tidak kalah dengan pria) dan diakuinya kedudukan wanita sebagai partner sejajar dan seimbang bagi pria dalam berumah tangga. Saya juga dalam kesempatan ini berterima kasih kepada orang tuaku yang sudah memberikan banyak pengertian, pengetahuan dan dukungannya sehingga saya bisa menjadi wanita yang mandiri, modern dan terbuka.

Terima kasih juga kepada kemajuan teknologi yang memungkinkan kita bisa mengakses ke mana pun tanpa batas area, dapat berkenalan dengan semua orang dari penjuru dunia, memperoleh informasi berlimpah dan keterbukaan dalam hal apa pun, termasuk diskusi mengenai hal-hal yang dianggap tabu. Akhirnya, saya bersyukur saya lahir pada zaman ini. Terima kasih Tuhan.

Service with Heart

Kita hidup di jaman yang terus-menerus berubah. Sering kita dengar pepatah yang mengatakan bahwa ‘Tidak ada yang tetap kecuali perubahan itu sendiri’. Dulu kita mengenal mass production, di mana konsumen ‘terpaksa’ membeli barang-barang yang dihasilkan perusahaan- perusahaan. Kemudian jaman berubah, untuk mendapatkan konsumen, perusahaan melakukan inovasi dengan memberikan produk yang client-oriented alias sesuai dengan permintaan pembeli.
Sekarang selain berjualan produk, perusahaan berlomba-lomba memberikan produk dan service terbaiknya. Customer service memegang peranan penting. Dia berperan sebagai citra perusahaan yang berhubungan langsung dengan customer. Pelayanan yang ramah, cepat tanggap, murah senyum, dan keinginan untuk selalu memberi kepuasan kepada customer menjadi sesuatu yang mutlak dimiliki customer service dewasa ini. Persaingan ketat menyebabkan perusahaan saling berlomba-lomba membekali para pegawainya dengan berbagai skill tentang bagaimana memberikan pelayanan yang memuaskan customer.
Kita kenal sekarang dengan istilah Pelayanan dengan Hati, yaitu melayani kebutuhan customer dengan ikhlas, entah dalam menerima keluhan atau membantunya mencari solusi. Sepertinya hal itu terlihat mudah. Jika seseorang customer service mengalami kegalauan, kekecewaan dan kemarahan terhadap perusahaan, apakah itu mudah ?
Kekecewaan terhadap perusahaan menyebabkan keinginan untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan juga berkurang. Otomatis dampaknya adalah customer, baik internal atau eksternal. Pelayanan yang diberikan menjadi setengah hati. Keinginan berbuat lebih menjadi raib, dan digantikan dengan pelayanan seadanya. Asal yang diminta customer sudah terpenuhi, maka perkara beres, entah itu memuaskan atau tidak.
Bagaimanakah dampaknya bagi perusahaan maupun karyawan itu sendiri ? Bagi perusahaan, kehilangan seorang karyawan yang loyal akan sangat merugikan perusahaan. Seburuk apapun seorang karyawan, dia tetap asset bagi perusahaan dan citra yang dibawanya adalah citra perusahaan. Dia bisa membawa citra tersebut dalam lingkungan tinggalnya. Dalam kehidupannya, dia bisa bertemu dengan banyak teman, tetangga, dan dia bisa merepresentasikan dirinya sebagai citra perusahaan. Jika ada keluhan terhadap produk perusahaan yang disampaikan oleh temannya maka saat itu dia bertindak sebagai citra perusahaan. Masalahnya apakah dia akan berbuat memberikan solusi kepada customer atau bersikap masa bodoh jika dia mengalami kegalauan hati ?
Bagi karyawan tentunya juga membawa kerugian. Kehilangan kepercayaan, kerugian waktu, fokus terhadap pekerjaan dan dedikasinya terhadap perusahaan. Solusinya hanya satu : jika anda tetap bekerja maka cintailah pekerjaan anda dan bukan perusahaan anda. Bersikaplah seprofesional mungkin. Kalau tidak bisa, silakan mencari pekerjaan lain atau berwiraswasta. Karena waktu itu berharga dan tidak akan kembali. Selamat berjuang !

Movies and the Comment of Mine

Shrek the Third
Film Shrek the Third baru saja aku tonton. Filmnya mengandung humor-humor khas yang melibatkan tokoh-tokoh kartun Disney lainnya, ada tokoh Snow White, Rapunzel, Srigala dan 3 babi, Pinokio, dan masih banyak lagi.

Film ini mengambil sudut yang berbeda dari umumnya film fairy tale lainnya. Pada umumnya film fairy tale akan menampilkan seorang wanita yang begitu lemah lembut, baik hati, mengalami penderitaan, dan diselamatkan oleh seorang pangeran yang tampan dan gagah. Di film Shrek The Third, kita bisa melihat Snow White dengan ketrampilannya menyanyi memperdaya para pasukan istana agar bersama teman-temannya bisa ‘masuk’ istana yang telah direbut oleh Prince Charming. Kita bisa lihat juga tampang mereka yang berubah garang pada saat mereka bersepakat untuk keluar dari tahanan. Layaknya seperti sekumpulan wanita yang sedang berkumpul, kegiatan-kegiatan wanita pun bisa kita lihat – kesenangannya untuk bersenda gurau, bergossip dan memberikan aneka macam hadiah kepada Viona atas kehamilannya.

Indahnya film ini adalah film ini begitu membumi. Menampilkan kehamilan Viona dan kebingungan pertama Shrek begitu mengetahui dia akan menjadi seorang ayah. Di film ini tampak sekali Shrek begitu mencintai Viona. Alangkah indahnya kehidupan cinta mereka berdua. Keinginan Shrek untuk selalu bersama Viona, cara Shrek saat bersama Viona, Pixar berhasil menggambarkan dengan sempurna seorang pria yang mencintai wanita.

Tokoh Arthur digambarkan sebagai pria yang selalu ditertawakan lingkungannya dan dicap sebagai pencundang, akhirnya berubah menjadi seorang raja yang akan memimpin sebuah kerajaan. Sama seperti yang banyak diketemui dalam kehidupan sehari-hari, dimana seorang anak akan dikirimkan ke luar daerahnya agar mengenal dunia luar dan menjadi pribadi yang lebih dewasa. Begitu juga dengan tokoh Arthur, yang dikirimkan bersekolah oleh ayahnya agar menjadi pribadi yang lebih dewasa, matang dan mandiri.

Film ini menghibur. Banyak hal bisa diambil untuk kehidupan sehari-hari, terutama nilai sebuah hubungan dan keluarga.

Ratatouille
Pixar sekali lagi dengan cerdas mengangkat sebuah tema mengenai kehidupan sehari-hari. Keinginan untuk menyampaikan bahwa semua orang dapat melakukan sesuatu (entah dia berbakat atau melalui perjuangan keras) berusaha disampaikan melalui buku ‘Anyone can cook’.
Anyone berarti siapa pun, bahkan dalam film ini adalah mungkin bagi seekor tikus. Can berarti kemampuan. Kedua kata itu berarti bahwa siapa pun mampu melakukan. Dan dalam film ini diandaikan mampu memasak. Berarti ‘Anyone Can Cook’ mempunyai definisi siapa pun bisa memasak tanpa melihat apakah dia mempunyai talenta memasak atau tidak. Hal ini mengingatkan kita akan kemampuan Jang-Geum dalam film “Jewel in the Palace’ dengan kemampuannya untuk mencium aroma tiap bahan, kemampuan untuk menggabungkan berbagai macam bahan hingga menjadi masakan yang lezat, ‘kehalusan’ tangan dalam mengelola masakan, dan sebagainya.

Sayangnya, ‘Anyone Can Cook’ ini jika kita andaikan bahwa siapa pun dapat melakukan apa pun asal ada keinginan, kerja keras dan pantang menyerah (tanpa perlu memiliki talenta tentunya) tidak tersampaikan dengan baik. Di film ini kita hanya melihat bahwa arti dari ‘Anyone Can Cook’ adalah bahwa siapa pun dapat memasak tidak terkecuali seekor tikus – yang secara alamiah tidak memungkinkan untuk melakukan hal tersebut. Hingga akhir ceritanya Alfredo Linguini dari yang semula tidak bisa memasak, tetap tidak bisa memasak (dengan pekerjaan dia sebagai waitress). Film ini tidak menampilkan pada perubahan seseorang dari yang tidak berkemampuan menjadi seorang yang mampu, melainkan bahwa seorang yang mampu akan mengendalikan seorang yang tidak mampu agar keinginannya tercapai, seperti si tikus yang mengendalikan si manusia untuk memasak.

Pesan yang mau disisipkan bahwa siapapun bisa melakukan – di film ini lebih ditekankan pada subjek atau siapa yang melakukan dan bukan pada predikat – kegiatan yang dilakukan. Kemampuan Remy dalam mencium aroma dari tiap jenis bahan dan sensenya untuk meramu bahan-bahan menjadi masakan yang luar biasa adalah bakat dari si tikus. Sedangkan Alfredo yang digambarkan tidak bisa memasak, tetap tidak bisa memasak hingga akhir cerita. Bukan seseorang dengan kemampuan standar tapi dengan usaha yang keras dapat melakukan sesuatu yang luar biasa, yang seharusnya digambarkan melalui Alfredo.

Keseluruhan film ini agak membosankan. Diketahuinya bahwa Alfredo adalah anak dari darah daging Auguste Gusteau – si tukang masak ternama sudah bisa ditebak. Alur cerita yang sederhana dan mudah ditebak membuat film ini pada pertengahan cerita agak membuat kantuk. Untungnya film ini ditutup dengan kocak, dengan penampilan seekor tikus yang memimpin sekumpulan ‘clan’ tikus untuk menghasilkan hidangan yang lezat. Dan tentunya persyaratan untuk memasak adalah kebersihan yang disajikan dengan kocak melalui pembersihan diri dengan uap. Hahaha…tampang mereka seperti tikus rebus.
Dan cerita ditutup dengan pembukaan restoran dimana chefnya seekor tikus dengan waitress si Alfredo dan si kekasih.

Tapi bagaimanakah dengan ketahanan restoran tersebut – jika memang Alfredo tetap tidak bisa memasak, dan ternyata masa hidup si tikus alias Remy tidak lebih lama dari 3,5 tahun ?

Sex and the City
Hari ini aku menonton Film Sex and the City. Aku sangat menyukai serial ini, dan sangat tertarik untuk menonton versi movie-nya. Akhirnya keinginanku terkabul. Aku menonton di The Mall, Bandar Sri Begawan. Durasi film ini cukup lama, kira-kira 2,5 jam.

Pertama aku tertarik untuk menonton serial ini dikarenakan aku ingin lebih tau mengenai sex (hehehe….).
Serial pertama yang aku tonton cukup memberi kesan. Menceritakan 4 wanita muda yang berumur sekitar 20an, yang sedang meniti karir dan mencari cinta (dan sex). Carrie Bradshaw, Charlotte, Miranda dan Samantha, masing-masing mempunyai karakter yang berbeda, dan saya yakin, mungkin setiap wanita memiliki berapa persen karakter Samantha, berapa persen karakter Charlotte, berapa persen karakter Miranda dan Carrie.

Serial pertama menceritakan pertemuan pertama Big dan Carrie, dan lebih fokus pada bagaimana suatu relasi antar 2 jenis kelamin. Pada serial ke dua dan ke tiga, persentase lebih pada variasi sex (hahaha) walaupun ada cerita yang mengalir, seperti hubungan antara Big dan Carrie yang kembang kempis.
Karakter yang dibangun pun cukup kuat. Kita tau bahwa Samantha tipe wanita yang mencintai diri sendiri dan menghargai diri apa adanya. Dia sangat jujur pada dirinya, bahkan pada kebutuhan fisik dirinya. Saya sangat menghargai pribadinya yang tau bagaimana menghargai dirinya sendiri, tau apa yang diinginkan dalam hidup, dan jujur saja dia sangat setia kawan, walaupun kadang reaksi berbeda dari ketiga temannya, tapi itulah Samantha.

Charlotte, adalah wanita yang sangat menginginkan cinta sejati dalam hidupnya dengan caranya sendiri (yang menurut teman2nya ‘agak sedikit kuno’). Dia selalu mendambakan seorang pria hadir dalam hidupnya, dia seperti wanita kebanyakan. Menginginkan pria baik, cinta yang indah dan perkawinan yang suci dan agung. Sewaktu dia menemukan pria (yang bakalan menjadi suami pertamanya), dia menjalankan ‘pacaran sehat’, yaitu tidak melakukan hubungan sex sebelum menikah.

Miranda, adalah seorang pengacara yang sukses. Karena karirnya tersebut, kadang saya berpikir bahwa pekerjaannya itu membuat dia menerapkannya juga pada pertemanannya dengan pria. Dia kadang lebih menekankan logika dalam relationship. Menurut saya, itu sulit.

Carrie, saya melihat dia sebagai pribadi yang menjadi dirinya sendiri. Dia enjoy menjadi dirinya sendiri, melakukan banyak kesalahan dan dia mempelajari dari kesalahannya.

Pada season 4 dan 5, saya sangat menyukai ceritanya. Ceritanya lebih banyak kepada suatu relasi dan masalah-masalah di seputar relasi. Saya harus mengakui bahwa saya banyak belajar dari serial ini. Serial ini menurut saya suatu referensi yang baik bagi kita untuk belajar mengenai relasi, reaksi-reaksi normal yang mungkin terjadi dalam kehidupan relasi kita, sehingga kita bisa belajar bagaimana bersikap dalam suatu hubungan.

Sayangnya, saya belum melihat season 6. Saya akan sangat menantikan waktu untuk menontonnya.
Dalam movie, saya memetik banyak sekali pelajaran. Pertama, dalam cinta harus memaafkan. Memang, apabila kita sangat mencintai seseorang, terkadang kita ingin melihat dia perfect, dan tidak melakukan kesalahan sedikit pun atau membuat kita kecewa. Tapi kita harus ingat, bahwa manusia tidak ada yang sempurna. Seberat apa pun kita mencoba, kita pasti akan melakukan kesalahan. Jadi dalam cinta harus memaafkan, walaupun berat dan menyakitkan.

Kedua, komunikasi dan ego. Saya yakin, jika ego Miranda dan Carrie tidak terlalu besar, yang menyebabkan mereka harus menderita berbulan-bulan, saya yakin mereka tidak akan melalui pergantian tahun baru dengan kesepian. Dalam relasi, saya sangat berpendapat ego adalah sesuatu yang bodoh. Membahagiakan pasangan kita, mengerti, menghormati dia adalah segala-galanya. Komunikasi sangatlah penting dalam relasi. Bagaimanapun, kita adalah 2 orang yang berbeda, kita mengalami pengalaman yang berbeda, latar belakang dan pendidikan yang berbeda. Tanpa komunikasi, sulit untuk menyatukan, karena kita dasarnya adalah berbeda dan unik.

ketiga, cinta itu membahagiakan, seperti yang Charlotte rasakan. Cinta
itu membuat kita tenang, bahagia. Ada seseorang yang bisa kita share dalam hidup kita.

Keempat, commitment sangat penting dalam relasi. Comitmen untuk setia, comitmen untuk hadir dalam suka dan duka. Saya sangat terpukau dengan kesetiaan Samantha dalam film ini. Bukan apa-apa, dari serial ini, Samantha adalah pribadi yang tidak bisa menolak pria, tapi di film ini, dia menolak tawaran Dante. wow !! Two tumb up….
Jujur juga, saya sangat menghargai budaya barat, di mana apabila kita menjalin hubungan dengan seseorang, mereka akan setia dan jujur pada pasangannya…Hal ini bisa terlihat dari Steve. Dia jujur pada Miranda ketika dia berhubungan sex dengan wanita lain.

Kelima, bagi wanita, teman memang penting. Sebaiknya kita para wanita tetap mempertahankan pertemanan dengan teman-teman kita sekarang walaupun kita sudah punya pasangan. Jangan jadikan pasangan kita sebagai pusat dan seluruh fokus kita. Menurut saya, itu adalah kesalahan. Karena jika kita sedang dalam fase sulit, biasanya teman-teman kita sangat membantu. Jadi, jangan tinggalkan teman-teman anda karena anda sudah punya pasangan. oke ?

Apakah akan ada serial atau movie lagi dari Sex and the City ? Saya harap ada.