Shrek the Third
Film Shrek the Third baru saja aku tonton. Filmnya mengandung humor-humor khas yang melibatkan tokoh-tokoh kartun Disney lainnya, ada tokoh Snow White, Rapunzel, Srigala dan 3 babi, Pinokio, dan masih banyak lagi.
Film ini mengambil sudut yang berbeda dari umumnya film fairy tale lainnya. Pada umumnya film fairy tale akan menampilkan seorang wanita yang begitu lemah lembut, baik hati, mengalami penderitaan, dan diselamatkan oleh seorang pangeran yang tampan dan gagah. Di film Shrek The Third, kita bisa melihat Snow White dengan ketrampilannya menyanyi memperdaya para pasukan istana agar bersama teman-temannya bisa ‘masuk’ istana yang telah direbut oleh Prince Charming. Kita bisa lihat juga tampang mereka yang berubah garang pada saat mereka bersepakat untuk keluar dari tahanan. Layaknya seperti sekumpulan wanita yang sedang berkumpul, kegiatan-kegiatan wanita pun bisa kita lihat – kesenangannya untuk bersenda gurau, bergossip dan memberikan aneka macam hadiah kepada Viona atas kehamilannya.
Indahnya film ini adalah film ini begitu membumi. Menampilkan kehamilan Viona dan kebingungan pertama Shrek begitu mengetahui dia akan menjadi seorang ayah. Di film ini tampak sekali Shrek begitu mencintai Viona. Alangkah indahnya kehidupan cinta mereka berdua. Keinginan Shrek untuk selalu bersama Viona, cara Shrek saat bersama Viona, Pixar berhasil menggambarkan dengan sempurna seorang pria yang mencintai wanita.
Tokoh Arthur digambarkan sebagai pria yang selalu ditertawakan lingkungannya dan dicap sebagai pencundang, akhirnya berubah menjadi seorang raja yang akan memimpin sebuah kerajaan. Sama seperti yang banyak diketemui dalam kehidupan sehari-hari, dimana seorang anak akan dikirimkan ke luar daerahnya agar mengenal dunia luar dan menjadi pribadi yang lebih dewasa. Begitu juga dengan tokoh Arthur, yang dikirimkan bersekolah oleh ayahnya agar menjadi pribadi yang lebih dewasa, matang dan mandiri.
Film ini menghibur. Banyak hal bisa diambil untuk kehidupan sehari-hari, terutama nilai sebuah hubungan dan keluarga.
Ratatouille
Pixar sekali lagi dengan cerdas mengangkat sebuah tema mengenai kehidupan sehari-hari. Keinginan untuk menyampaikan bahwa semua orang dapat melakukan sesuatu (entah dia berbakat atau melalui perjuangan keras) berusaha disampaikan melalui buku ‘Anyone can cook’.
Anyone berarti siapa pun, bahkan dalam film ini adalah mungkin bagi seekor tikus. Can berarti kemampuan. Kedua kata itu berarti bahwa siapa pun mampu melakukan. Dan dalam film ini diandaikan mampu memasak. Berarti ‘Anyone Can Cook’ mempunyai definisi siapa pun bisa memasak tanpa melihat apakah dia mempunyai talenta memasak atau tidak. Hal ini mengingatkan kita akan kemampuan Jang-Geum dalam film “Jewel in the Palace’ dengan kemampuannya untuk mencium aroma tiap bahan, kemampuan untuk menggabungkan berbagai macam bahan hingga menjadi masakan yang lezat, ‘kehalusan’ tangan dalam mengelola masakan, dan sebagainya.
Sayangnya, ‘Anyone Can Cook’ ini jika kita andaikan bahwa siapa pun dapat melakukan apa pun asal ada keinginan, kerja keras dan pantang menyerah (tanpa perlu memiliki talenta tentunya) tidak tersampaikan dengan baik. Di film ini kita hanya melihat bahwa arti dari ‘Anyone Can Cook’ adalah bahwa siapa pun dapat memasak tidak terkecuali seekor tikus – yang secara alamiah tidak memungkinkan untuk melakukan hal tersebut. Hingga akhir ceritanya Alfredo Linguini dari yang semula tidak bisa memasak, tetap tidak bisa memasak (dengan pekerjaan dia sebagai waitress). Film ini tidak menampilkan pada perubahan seseorang dari yang tidak berkemampuan menjadi seorang yang mampu, melainkan bahwa seorang yang mampu akan mengendalikan seorang yang tidak mampu agar keinginannya tercapai, seperti si tikus yang mengendalikan si manusia untuk memasak.
Pesan yang mau disisipkan bahwa siapapun bisa melakukan – di film ini lebih ditekankan pada subjek atau siapa yang melakukan dan bukan pada predikat – kegiatan yang dilakukan. Kemampuan Remy dalam mencium aroma dari tiap jenis bahan dan sensenya untuk meramu bahan-bahan menjadi masakan yang luar biasa adalah bakat dari si tikus. Sedangkan Alfredo yang digambarkan tidak bisa memasak, tetap tidak bisa memasak hingga akhir cerita. Bukan seseorang dengan kemampuan standar tapi dengan usaha yang keras dapat melakukan sesuatu yang luar biasa, yang seharusnya digambarkan melalui Alfredo.
Keseluruhan film ini agak membosankan. Diketahuinya bahwa Alfredo adalah anak dari darah daging Auguste Gusteau – si tukang masak ternama sudah bisa ditebak. Alur cerita yang sederhana dan mudah ditebak membuat film ini pada pertengahan cerita agak membuat kantuk. Untungnya film ini ditutup dengan kocak, dengan penampilan seekor tikus yang memimpin sekumpulan ‘clan’ tikus untuk menghasilkan hidangan yang lezat. Dan tentunya persyaratan untuk memasak adalah kebersihan yang disajikan dengan kocak melalui pembersihan diri dengan uap. Hahaha…tampang mereka seperti tikus rebus.
Dan cerita ditutup dengan pembukaan restoran dimana chefnya seekor tikus dengan waitress si Alfredo dan si kekasih.
Tapi bagaimanakah dengan ketahanan restoran tersebut – jika memang Alfredo tetap tidak bisa memasak, dan ternyata masa hidup si tikus alias Remy tidak lebih lama dari 3,5 tahun ?
Sex and the City
Hari ini aku menonton Film Sex and the City. Aku sangat menyukai serial ini, dan sangat tertarik untuk menonton versi movie-nya. Akhirnya keinginanku terkabul. Aku menonton di The Mall, Bandar Sri Begawan. Durasi film ini cukup lama, kira-kira 2,5 jam.
Pertama aku tertarik untuk menonton serial ini dikarenakan aku ingin lebih tau mengenai sex (hehehe….).
Serial pertama yang aku tonton cukup memberi kesan. Menceritakan 4 wanita muda yang berumur sekitar 20an, yang sedang meniti karir dan mencari cinta (dan sex). Carrie Bradshaw, Charlotte, Miranda dan Samantha, masing-masing mempunyai karakter yang berbeda, dan saya yakin, mungkin setiap wanita memiliki berapa persen karakter Samantha, berapa persen karakter Charlotte, berapa persen karakter Miranda dan Carrie.
Serial pertama menceritakan pertemuan pertama Big dan Carrie, dan lebih fokus pada bagaimana suatu relasi antar 2 jenis kelamin. Pada serial ke dua dan ke tiga, persentase lebih pada variasi sex (hahaha) walaupun ada cerita yang mengalir, seperti hubungan antara Big dan Carrie yang kembang kempis.
Karakter yang dibangun pun cukup kuat. Kita tau bahwa Samantha tipe wanita yang mencintai diri sendiri dan menghargai diri apa adanya. Dia sangat jujur pada dirinya, bahkan pada kebutuhan fisik dirinya. Saya sangat menghargai pribadinya yang tau bagaimana menghargai dirinya sendiri, tau apa yang diinginkan dalam hidup, dan jujur saja dia sangat setia kawan, walaupun kadang reaksi berbeda dari ketiga temannya, tapi itulah Samantha.
Charlotte, adalah wanita yang sangat menginginkan cinta sejati dalam hidupnya dengan caranya sendiri (yang menurut teman2nya ‘agak sedikit kuno’). Dia selalu mendambakan seorang pria hadir dalam hidupnya, dia seperti wanita kebanyakan. Menginginkan pria baik, cinta yang indah dan perkawinan yang suci dan agung. Sewaktu dia menemukan pria (yang bakalan menjadi suami pertamanya), dia menjalankan ‘pacaran sehat’, yaitu tidak melakukan hubungan sex sebelum menikah.
Miranda, adalah seorang pengacara yang sukses. Karena karirnya tersebut, kadang saya berpikir bahwa pekerjaannya itu membuat dia menerapkannya juga pada pertemanannya dengan pria. Dia kadang lebih menekankan logika dalam relationship. Menurut saya, itu sulit.
Carrie, saya melihat dia sebagai pribadi yang menjadi dirinya sendiri. Dia enjoy menjadi dirinya sendiri, melakukan banyak kesalahan dan dia mempelajari dari kesalahannya.
Pada season 4 dan 5, saya sangat menyukai ceritanya. Ceritanya lebih banyak kepada suatu relasi dan masalah-masalah di seputar relasi. Saya harus mengakui bahwa saya banyak belajar dari serial ini. Serial ini menurut saya suatu referensi yang baik bagi kita untuk belajar mengenai relasi, reaksi-reaksi normal yang mungkin terjadi dalam kehidupan relasi kita, sehingga kita bisa belajar bagaimana bersikap dalam suatu hubungan.
Sayangnya, saya belum melihat season 6. Saya akan sangat menantikan waktu untuk menontonnya.
Dalam movie, saya memetik banyak sekali pelajaran. Pertama, dalam cinta harus memaafkan. Memang, apabila kita sangat mencintai seseorang, terkadang kita ingin melihat dia perfect, dan tidak melakukan kesalahan sedikit pun atau membuat kita kecewa. Tapi kita harus ingat, bahwa manusia tidak ada yang sempurna. Seberat apa pun kita mencoba, kita pasti akan melakukan kesalahan. Jadi dalam cinta harus memaafkan, walaupun berat dan menyakitkan.
Kedua, komunikasi dan ego. Saya yakin, jika ego Miranda dan Carrie tidak terlalu besar, yang menyebabkan mereka harus menderita berbulan-bulan, saya yakin mereka tidak akan melalui pergantian tahun baru dengan kesepian. Dalam relasi, saya sangat berpendapat ego adalah sesuatu yang bodoh. Membahagiakan pasangan kita, mengerti, menghormati dia adalah segala-galanya. Komunikasi sangatlah penting dalam relasi. Bagaimanapun, kita adalah 2 orang yang berbeda, kita mengalami pengalaman yang berbeda, latar belakang dan pendidikan yang berbeda. Tanpa komunikasi, sulit untuk menyatukan, karena kita dasarnya adalah berbeda dan unik.
ketiga, cinta itu membahagiakan, seperti yang Charlotte rasakan. Cinta
itu membuat kita tenang, bahagia. Ada seseorang yang bisa kita share dalam hidup kita.
Keempat, commitment sangat penting dalam relasi. Comitmen untuk setia, comitmen untuk hadir dalam suka dan duka. Saya sangat terpukau dengan kesetiaan Samantha dalam film ini. Bukan apa-apa, dari serial ini, Samantha adalah pribadi yang tidak bisa menolak pria, tapi di film ini, dia menolak tawaran Dante. wow !! Two tumb up….
Jujur juga, saya sangat menghargai budaya barat, di mana apabila kita menjalin hubungan dengan seseorang, mereka akan setia dan jujur pada pasangannya…Hal ini bisa terlihat dari Steve. Dia jujur pada Miranda ketika dia berhubungan sex dengan wanita lain.
Kelima, bagi wanita, teman memang penting. Sebaiknya kita para wanita tetap mempertahankan pertemanan dengan teman-teman kita sekarang walaupun kita sudah punya pasangan. Jangan jadikan pasangan kita sebagai pusat dan seluruh fokus kita. Menurut saya, itu adalah kesalahan. Karena jika kita sedang dalam fase sulit, biasanya teman-teman kita sangat membantu. Jadi, jangan tinggalkan teman-teman anda karena anda sudah punya pasangan. oke ?
Apakah akan ada serial atau movie lagi dari Sex and the City ? Saya harap ada.