Kita hidup di jaman yang terus-menerus berubah. Sering kita dengar pepatah yang mengatakan bahwa ‘Tidak ada yang tetap kecuali perubahan itu sendiri’. Dulu kita mengenal mass production, di mana konsumen ‘terpaksa’ membeli barang-barang yang dihasilkan perusahaan- perusahaan. Kemudian jaman berubah, untuk mendapatkan konsumen, perusahaan melakukan inovasi dengan memberikan produk yang client-oriented alias sesuai dengan permintaan pembeli.
Sekarang selain berjualan produk, perusahaan berlomba-lomba memberikan produk dan service terbaiknya. Customer service memegang peranan penting. Dia berperan sebagai citra perusahaan yang berhubungan langsung dengan customer. Pelayanan yang ramah, cepat tanggap, murah senyum, dan keinginan untuk selalu memberi kepuasan kepada customer menjadi sesuatu yang mutlak dimiliki customer service dewasa ini. Persaingan ketat menyebabkan perusahaan saling berlomba-lomba membekali para pegawainya dengan berbagai skill tentang bagaimana memberikan pelayanan yang memuaskan customer.
Kita kenal sekarang dengan istilah Pelayanan dengan Hati, yaitu melayani kebutuhan customer dengan ikhlas, entah dalam menerima keluhan atau membantunya mencari solusi. Sepertinya hal itu terlihat mudah. Jika seseorang customer service mengalami kegalauan, kekecewaan dan kemarahan terhadap perusahaan, apakah itu mudah ?
Kekecewaan terhadap perusahaan menyebabkan keinginan untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan juga berkurang. Otomatis dampaknya adalah customer, baik internal atau eksternal. Pelayanan yang diberikan menjadi setengah hati. Keinginan berbuat lebih menjadi raib, dan digantikan dengan pelayanan seadanya. Asal yang diminta customer sudah terpenuhi, maka perkara beres, entah itu memuaskan atau tidak.
Bagaimanakah dampaknya bagi perusahaan maupun karyawan itu sendiri ? Bagi perusahaan, kehilangan seorang karyawan yang loyal akan sangat merugikan perusahaan. Seburuk apapun seorang karyawan, dia tetap asset bagi perusahaan dan citra yang dibawanya adalah citra perusahaan. Dia bisa membawa citra tersebut dalam lingkungan tinggalnya. Dalam kehidupannya, dia bisa bertemu dengan banyak teman, tetangga, dan dia bisa merepresentasikan dirinya sebagai citra perusahaan. Jika ada keluhan terhadap produk perusahaan yang disampaikan oleh temannya maka saat itu dia bertindak sebagai citra perusahaan. Masalahnya apakah dia akan berbuat memberikan solusi kepada customer atau bersikap masa bodoh jika dia mengalami kegalauan hati ?
Bagi karyawan tentunya juga membawa kerugian. Kehilangan kepercayaan, kerugian waktu, fokus terhadap pekerjaan dan dedikasinya terhadap perusahaan. Solusinya hanya satu : jika anda tetap bekerja maka cintailah pekerjaan anda dan bukan perusahaan anda. Bersikaplah seprofesional mungkin. Kalau tidak bisa, silakan mencari pekerjaan lain atau berwiraswasta. Karena waktu itu berharga dan tidak akan kembali. Selamat berjuang !