1.Tes Intelektual, terdiri dari :
– CFIT (Culture Fair Intelegence Test) = untuk mengungkap kemampuan mental umum
– TIU (Tes Intelegensi Umum) = untuk mengungkap kemampuan mental umum
– TKD (Tes Kemampuan Dasar) = untuk mengukur kemampuan dasar individu
– AA (Army Alpha) = untuk mengetahui daya tangkap / daya konsentrasi orang
– ADKUDAG (Administrasi dan Keuangan) = untuk mengetahui kemampuan administrasi dan keuangan
– IST (Tes inteligensi) yang terdiri dari 9 subtes didasarkan pada
anggapan bahwa strutktur inteligensi tertentu cocok dengan pekerjaan
atau profesi tertentu.
2.Tes Kepribadian
– EPPS (Edwards Personal Preference Schedule) = untuk mengukur
kepribadian orang dilihat dari kebutuhan-kebutuhan yang mendorongnya (16 faktor)
– DAM&BAUM = Draw A Man Tes (Tes Gambar Orang) ; untuk
mengetahui tanggung jawab, kepercayaan diri, kestabilan dan ketahanan kerja
– WARTEGG = untuk mengetahui emosi, imajinasi, intelektual dan aktifitas subjek
– Tes Pauli = untuk mengukur sikap kerja dan prestasi kerja (daya
tahan, keuletan, sikap terhadap tekanan, daya penyesuaian, ketekunan, konsistensi, kendali diri)
– KRAEPLIEN = untuk mengungkap ketelitian,kecepatan, kestabilan dan
ketahanan kerja
– RM (The Rothwell Miller) = untuk mengetahui minat seseorang terhadap jenis pekerjaan
– PAPI Kostick = untuk menjabarkan kepribadian dalam 20 aspek yang
masing-masing mewakili need atau role tertentu, tinggi rendahnya need
atau role tertentu mempunyai arti yang spesifik. Konfigurasi yang
diperoleh adalah gambaran dari pilihan testee yang bermuatan need atau role; dan dibandingkan dengan need atau role lain dalam keseluruhan sistem kepribadian berdasarkan persepsi testee atas dirinya sendiri.
*. Wartegg Test
Pernahkah anda ikut psikotest dan disuruh menggambar atau melengkapi gambar delapan kotak diatas (Wartegg Test)
Pada saat Anda menjalankan Wartegg Test, Anda akan diberi selembar kertas yg berisi 8 kotak yg ada stimulus2 nya, kemudian Anda akan diberikan perintah untuk melengkapi dari gambar yg ada di kotak tersebut.
Isi dari masing2 gambar :
gbr 1. berupa titik ditengah kotak : ini menyangkut hal2 yg
berhubungan dengan penyesuaian diri yaitu bagaimana seseorang
menempatkan diri dlm lingkungan
gbr 2. berupa ~ tp berada di kotak sebelah kiri : menunjukkan
fleksibilitas perasaan.
gbr 3. berupa 3 garis horisontal dr pendek, sedang tinggi sejajar:
mengukur hasrat untuk maju/ ambisi
gbr 4. berupa kotak kecil di sebelah kanan : mengukur bagaimana
seseorang mengatasi kesulitan
gbr 5. seperti huruf T tp miring (susah gambarin nya) : mengukur
bagaimana cara bertindak.
gbr 6. berupa garis horisontal ; vertikal : mengukur cara berpikir /
analisa; sintesa
gbr 7. berupa titik2 : menyangkut kehidupan dan perasaan ( apakah
sudah stabil, kekanakan)
gbr 8. berupa lengkungan : mengenai kehidupan sosial/ hubungan sosial
Jika anda pernah bertanya-tanya apa fungsi test melengkapi gambar diatas dan apakah test diatas sebenarnya adalah untuk mencari tahu siapa diantara peserta yang paling pintar menggambar.
Ternyata test diatas bukan untuk mengetahui kemampuan menggambar
Anda melainkan hal tersebut merupakan salah satu cara dari beberapa
cara yang lain yang digunakan oleh psikolog untuk mengetahui
kepribadian Anda dari cara Anda menggambar.
Test Wartegg mengharuskan peserta untuk melengkapi gambar yang
terdiri dari 8 gambar, 4 diantaranya berupa garis lurus (Gambar III,
IV, V, dan VI) dan empat lainnya berupa garis lengkung (Gambar I, II,
VII, VIII). Menurut informasi dari buku, internet menyatakan bahwa garis melengkung sebaiknya diisi dengan mahkluk hidup dan garis lurus diisi dengan benda mati. Apakah ini benar ?
Selain itu menurut informasi yang didapat juga menyatakan, dari cara Anda menggambar akan terlihat apakah Anda seorang yang keras kepala, tidak terorganisir,dll. Semuanya terlihat dari kebersihan, kerapian, tekanan pensil dan sebagainya. Test ini juga mampu untuk mengungkapkan kemampuan IQ anda, dari hasil apa yang Anda gambar.
* BAUM Test
Draw A Man Tes (Tes Gambar Orang) ; untuk mengetahui tanggung jawab, kepercayaan diri, kestabilan dan ketahanan kerja.
BAUM Test termasuk dlm test Grafis. Mungkin Anda pernah menjalani test dimana Anda diberi kertas kosong dan diminta untuk menggambar pohon, dan dikertas lainnya diminta menggambar orang.
Yang dinilai bagus atau tidaknya gambar tersebut, melainkan besar-kecil gambar, tarikan garis (tegas atau tidak atau patah2), letak gambar (kanan-kiri, atas-bawah, atau center). Biasanya Anda juga diminta untuk memberikan keterangan pohon apa yang digambar, kalau orang ( dia lagi melakukan apa dan jenis kelaminnya apa). Tiap2 gambar ada artinya.
* Tes KRAEPPELIN dan PAULI
tdk ada perbedaan… semua berisikan kertas dan angka yg membedakan hanya cara dan jumlah isinya…..dan KRAEPPELIN memiliki jumlah deret angka yg lbh banyak, biasanya sang psikolog hanya menginstruksikan “pindah” pada waktu tertentu dan berbeda2 utk melihat daya tahan otak dan konsistensi. ….
Pada saat Anda menjalankan test ini pernahkah Anda bertanya-tanya bagaimana para psikolog itu memeriksa hasil test ? Karena tulisan yang dibuat mungkin kecil, berantakan, dan banyak. Ternyata dari informasi yang didapat dari buku, internet dan orang-orang psikolog bahwa mereka mempunyai teknik tertentu dalam memeriksa hasil test ini, yaitu dengan mengabaikan kolom2 tertentu dan mengecek kolom2 tertentu juga.
Namun demikian, tes psikolog hanyalah merupakan suatu alat buatan
manusia untuk mengetahui kepribadian seseorang secara umum saja. (Menurut saya taksiran).
Kesimpulan yang dihasilkannya boleh jadi berbeda dengan kepribadian
yang sesungguhnya. Hal ini diakui oleh para psikolog sendiri bahwa
tidak ada satu pun tes di dunia ini yang benar-benar akurat dapat
menilai kemampuan dan kepribadian seseorang.
=============
Psychology Today
Edwards Personal Preference Schedule (EPPS) is used to measures the rating of individuals in fifteen normal needs or motives. On the EPPS there are nine statements used for each scale. Social Desirability ratings have been done for each item, and the pairing of items attempts to match items of approximately equal social desirability. The EPPS has been designed primarily for personal counselling, but has found its way into recruitment as well. The EPPS is very suitable for these purposes.
Draw-A-Person Test (DAP, DAP test, or Goodenough-Harris Draw-A-Person Test) is used to evaluate children and adolescents for a variety of purposes. To evaluate intelligence, the test administrator uses the Draw-a-Person. The purpose of the test is to assist professionals in inferring children’s cognitive developmental levels with little or no influence of other factors such as language barriers or special needs.
PAPI (Personality and Preference Inventory) is a personality measure which was specifically designed to elicit behaviours and preferences which are appropriate to the workplace. It is an applied, workplace instrument and this is reflected by the conceptual model of personality it seeks to measure.
The PAPI Role scales measure the individual’s perception of himself or herself in the work environment and look at areas such as integrative planning and attention to detail. The Need scales probe the deeper inherent tendencies of an individual’s behaviour such as the need to belong to groups and finish a task.
PAPI is available in two different formats: PAPI-I and PAPI-N. PAPI-I is recognisable from the way that it presents questions in a forced-choice format. PAPI-I is thus suitable for assessment situations which do not require comparative judgements and where individuals are more likely to appreciate the benefit of presenting themselves honestly, such as Career development, Personal development, Coaching and mentoring, Counselling, Work problem diagnosis, Team building, Identifying training needs.
PAPI-N is recognisable from the way it presents questions as single statements, each accompanied by a rating scale. Normative questionnaires are suitable for assessment situations where there is a need to make judgements about a person in order to compare them with others. PAPI-N is thus suitable for assessment situations which require comparative judgements to be made about people and where, as a consequence, individuals might see the benefit of presenting themselves in the best possible light, such as selection between candidates for a post, matching a candidate against a PAPI ‘template’ for a specific job
Source :
http://en.wikipedia.org/wiki/Edwards_Personal_Preference_Schedule
http://en.wikipedia.org/wiki/Draw-A-Person_Test
http://en.wikipedia.org/wiki/Personality_and_Preference_Inventory
Artikel Lain :
Personality Test
waduuuh.. tenkiyu bguangett buwat info nya
boleh tak hantarkan kepada saya tentang contoh tes Wartegg
Hebat sekali ya Anda,,
sebenarnya tahukah anda dengan KODE ETIK???? lihat lagi kepada diri Anda, dimanakah mental dan moral Anda?
Seberapa pun Anda memanipulasi jawaban tetap saja kami (Psikolog) memiliki cara yang dapat melihat kepribadian seseorang.
Jika ingin membantu orang lain, bukan begini caranya..
Jadilah diri sendiri ketika menjalani tes psikologi dengan begitu Anda memperlihatkan kepribadian Anda yang sesungguhnya berikut pula dengan nilai-nilai positif yang menonjol dalam diri Anda, tidak perlu manipulasi..
enak aja orang malaysia mau minta contoh tes wartegg,, jangan ada yang kasih, ya !!!
yang ada ntar malah di pakai buat dia disana dijual dan lain-2 lagi,, masih ingat kan kasus pembajakan batik indonesia oleh orang malaysia yang bisa nya cuma ngejiplak aja..??? Malaysia ga Inovatif dan kreatif bisanya cuma ngejiplak, dasar negara dan rakyat mental kere’ huch !!!
Maksud AYU apa ya…?
melisa ini profesinya apa ya?
hebat ya.. melisa bisa tau tentang tes psikologi sebanyak ini. dengan cara instan dan terbuka melisa menjelaskannya. padahal kami, para calon psikolog, harus belajar bertahun2…
saya sangat berduka melihat melisa melakukan ini. dan sangat berduka melihat orang yang tidak memiliki hati nurani dan kode etik dalam hidupnya… mudah2an hidup anda diberkahi Tuhan…
bagi rekan2 awan non psikologi, silakan saja mempercayai dan mengimani hal ini, tetapi alat tes psikologi tidak bisa ditipu, sepintar atau secerdik apa anda mengerjakannya. kalau anda menipu dan membohongi diri sendiri, anda sendiri yang rugi.
semoga anda semua masih mempunyai hati nurani dan prinsip dalam hidup.
How on earth is a blog post with general information about psychology tests in any way unethical? If these tests break down simply because people knows what is in them, then they’re worthless.
Of course that’s not true. This information is easily available, and it doesn’t affect the results of the test.
profesiku bukan psikolog. Yang pasti informasi ini aku dapat dari internet. Informasi ini tersedia dan bisa didapat dengan mudah, bahkan ada yang menjelaskan lebih detail dari yang aku post. Aku tidak menjelaskan sedetil yang aku dapat, karena aku mengerti batas-batas secara umum (walaupun aku tidak tau etika psikolog itu apa).
Yang aku post di sini adalah pertanyan2 yang timbul saat aku ikut test. Kalo dengan beberapa alinea sudah bisa mengungkapkan hasil dari test psikolog, maka bukannya itu menjadi pertanyaan ?
hai melisa, lam kenal…
etika psikolog itu (biasa disebut kode etik psikologi ) merupakan serangkaian aturan main yang perlu dipahami oleh para psikolog sama kayak dokter, pengacara & apoteker juga. biar ga terjadi malpraktek.
salah satu malpraktek yang terkait di bidang psikologi adalah informasi seputar alat tes dan kegunaannya terhadap para klien kita. Etika tersebut tertuang di bab III pasal 7 tentang pelaksanaan kegiatan sesuai batas kewenangan, pasal 12 tentang kerahasiaan data dan juga pasal 16 tentang penggunaan dan penguasaan pengukuran psikologik. Meskipun alat tes bukan the only one sarana untuk membuat suatu keputusan final, tapi keberadaannya penting untuk mendapatkan info yang seobjektif dan seakurat mungkin. jadi kalo alat tes ini datanya udah dimanipulasi maka hasilnya bakal ga bagus tidak hanya buat perusahaan or sekolah itu aja, tapi juga si pelamar or siswa itu sendiri kedepannya. Semoga info ini bisa jadi pertimbangan buat yang lain untuk tidak melihat alat tes sekedar jadi alat ujian semata tapi untuk saling menghargai profesi orang lain.
Saya jadi berpikir, ayu dan risma sebenarnya apa profesinya…???
Tulisan melisa biasa aja kok, banyak kita temukan di blog lain, tetapi ditanggapi dengan segitu dalemnya ya? Tinggal ketik EPPS di mbah google, keluar deh.
Justru karena anda berdualah yang membuat seakan2 tulisan melisa merupakan pernyataan lugas, analisa nyata dari pengungkapan tes psikologi.
Selamat ya mel, untuk hari2 ke depan blog kamu bakal rame dikunjungi pencari psikotes.
Selamat juga untuk ayu dan risma. what a conspiracy!
cukup byk tools / applikasi yg bisa di gunakan utk menentukan tentang diri manusia sendiri seperti apa type orang tsb, jd intinya tuhan telah memberikan di setiap manusia karater orang yg berbeda2 jadi jgn suka memanipulasi hasil.so be your self deh.
masukan2 yg di tulis sama mba/mas di artikel ini , semoga tidak menjadi perselisihan,,, ok
perasaan tulisan blog ini cuma mengungkapkan berbagai macam tes itu gunanya dimaksudkan buat apa, bukan cara interpretasi dari masing2 jawaban, yang biasanya menjadi titik penasaran para pelaku psikotest2 ini.
jadi apa salahnya sih? it’s a common knowledge gitu…not something confidential…
Gitu aja kok pada takut….saya jadi ragu, sebenarnya pada kuliah psikologi beneran atau ngga? kalo misalnya jawabannya sudah diketahui orang, tinggal diganti aja tipe soalnya, kan mudah…gunakan ilmu yang dulu sudah dipelajari…baik kedokteran atau jurusan lain pun mempersilahkan orang lain untuk belajar tentang ilmu di dalamnya…dokter boleh aja membangun rumah sendiri, kalo dia yakin keamanannya…kalo dia bisa ngerancang sendiri, dia juga ngga pelu arsitek…semua kan gampang aja…yang penting mau terus berkembang, ilmu bocor satu harus tambah seribu…
Guys, i think the negative comment just show that maybe many of the psychology major student should leave their old psychological book and browse more on Mr Google 🙂
There are many kind of inteligence test and the one want to use it for their own needs should search for a test that still have good validity and reliability.
For personality test.. like they said.. Psychology is an art…
sebenernya bukan masalah takut ato tidak…smua trgantung dari hati nurani masing2…kalo emang kita brpegang pd kode etik…buktinya banyak orang yg share di web jg ga knapa2?
kok jd repot gini sih..!! yg merasa psikolog ngerasa pst ini menyalahi kode etik… (bener ga sih???) buktinya banyak kasus para profesionalnya sendiri yg menyalahi kode etik, salah satunya dokter yg paling sering diberitakan menyalahi kode etik profesi… kalo anda merasa jd profesional psikolog dan kalo post ini menyalahi,kasih tau juga dengan kode etik yg santun bukan dengan “sok gue”.
saya jd miris dengan sikap para profesional termasuk psikolog kalo memberikan advis “terserah gue”, saya pny banyak temen psikolog tp biasa aja kalo memberikan advis tentang salah ato bener..
Saya malah bingung kalau suatu ilmu ditutup-tutupi, artinya ada “apa-apa”. Saya malah takut, kalau alat ini malah di-“dewa-dewa”-kan. Kode etik yang dimaksud dalam pasal tersebut adalah jika seorang psikolog membocorkan masalah/data/hasil konsultasi klien/orang lain untuk kepentingan yang tidak layak. Toch, jika seseorang tahu jawabannya, tidak menjadi jaminan bahwa dia bisa sukses, karena ada faktor lain yang harus dinilai..tidak kaku gitu,mbok…
Psikologi jenis apa yang mampu menilai sedalam apa daya fisik, mental, logis, emosi, dan semangat. psikologi hanya ilmu untuk mempelajari manusia, dan psikolog adalah orang yang bekerja dengan aturan ilmu psikologi. pertanyaan saya……. sudah berapa jauh anda dan semua yang menulis comment di blog ini mempelajari ilmu psikologi…… bisakah kalian menembus daya logika seorang kriminal seperti saya….. pengalaman ter hebat saya adalah bisa lewat dari lie detector…. apakah kalian lebih pintar dari lie detector…..?????
GW…… salut mampus sama lo…..
LO….. dah menolong orang yang nge blank…..
Menyelamatkan orang dari kebingungan nggak jelas…
apatu KRAEPLIEN,EPPS,WARTEGG……?
tadinya gw gak tau jd tau….
wawasan orang awam dapat bertambah…. dan harusnya…. yang marah2 di atas…. harus menjadikan ini tolak ukur pendidikan mereka……
gw heran…. ampe ada yang bawa2 kode etik.
mangnya ilmu psikologi cuma sampe pada soal quizsioer…. He…he…he…. (ketauan yang marah ilmunya masih dangkal).
JIwa lo mang langka…….
teruskan perjuanganmu Demi Ilmu pengetahuan, Dan kemanusian,
FREDOME For Life, Peace For All
saya setuju bahwa Psychology is an art, tapi lebih setuju lagi tidak hanya psikologi, ilmu lain bahkan hidup adalah ART. Kalo masalah kode etik ya silakan aja dibahas, tapi yang harus diingat yang namanya alat ukur kita harus tau dan (kalau bisa) dapat mengontrol kesalahan dalam hal ini BIAS.
Karena alat ukurnya itu2 saja ada kemungkinan hasil seseorang bukan karena kemampuannya namun lebih karena udah sering (repeated measurement). Apalagi manusia tidaklah statis, selalu berkembang. Dan saya yakin psikolog bukan orang biasa mereka kompeten dalam bidangnya. 1 hal yang penting karena sudah menjadi hakikat manusia lebih pintar melihat kesalahan orang lain dibandingkan kesalahan sendiri.
Mohon maaf bila ada yang tersinggung, semoga ilmu kita bertambah.
kalo mnurutku, sebagai salah satu orang yang belajar ilmu psikologi, nggak ada salahnya kok kalo melisa memuat tulisan kayak gitu… sah2 aja. tanpa melisa muat juga aku yakin, banyak orang yang mencoba untuk mencari tahu soal alat2 tes psikologi. so, what’s the matter????
lagi pula, menurutku, apa yang dimuat melisa bukanlah cara untuk memanipulasi alat tes psikologi. tapi lebih pada informasi. that’s all. nggak usah dibesar2 kan lah… kalaupun ada manipulasi, kita (psikolog) harusnya kan tahu.
makasih buat info tes psikologinya 🙂 aq masi penasaran sama tes 225 soal itu, ab ab ab semua mpe demam aq ikut tes itu n tes panah atas bawah itu juga masi misteri buat aq
bocoran dari melisa nggak semuanya benar,…hati-hati jangan sampai terlalu diikuti….siapa tau kemampuan kita yg sebenarnya lebih..eh pas ikut analisa melisa malah jadi rendah nilainya…
Ayu dan Risma kemana nih ga brani nongol lagi?
Dumb ass!
hmmm,
sbg org yg terlibat dlm pembelajaran psikologi,
sebenernya saya cukup tersinggung dgn pembocoran tes psikologi.
tp, saya tdk menyalahkan meilisa atopun temen2 yg laen yg sdg butuh info ttg psikologi.
kebocoran tes2 psikologi mmg berakar dr kesalahan psikolog nya sendiri,
jd ya terima saja risiko seperti ini.
so, utk temen2 para calon psikolog dan psikolog, mudah2an qt (psikolog di masa yg akan dtg) bs jd psikolog yg lbh mampu utk berkomitmen menjaga kode etik.
mslh yg sudah terjadi, tidak usahlah diributkan lg.
buat temen2 yg di luar psikologi, sebanyak ato selengkap apapun info yg gak sengaja kalian dpt ato dgn sengaja mencari info (bahkan terkadang dgn cr membayar) ttg tes psikologi, saya harap kalian bs jujur sendiri.
krn alangkah lbh lega dan puas kan klo qt mendapatkan hasil krn kerja keras qt sendiri, sebab itu tandanya qt punya harga diri yg tinggi, percaya sm kemampuan diri sendiri yg udah dikaruniakan Tuhan ke qt.
oke, oke….
mari qt berdamai semuanya.
peace! ^_^
Salam kenal untuk semuanya…
Saya seorang praktisi kesehatan yg juga memiliki kode etik koq. Saya menyangkut kode etik, saya akan membeberkan hanya kepada pihak2 yang berkompeten saja.
Namun tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kemajuan teknologi telah ‘menelanjangi’ semuanya. Bahkan dibidang psikologi sekalipun.
Coba klik link dibawah ini:
http://ggkarir.com/_karir.php?_karir=contoh-psikotes-1
Semuanya lengkap tentang psikotes.
Yang penting adalah; istirahat dengan amat sangat cukup sebelum mengikuti psikotes agar dapat mengerjakan secara fokus, tenang dan konsentrasi tinggi.
Semoga berguna.
ko ada yg treak2 ga senang c…
bukanny dengan adany postingan seperti ini membuat para psikolog utk lebih cerdas lg????…masak alat test dah dr taon jebot masih mo dipk jg???…berkembang donk!!!!!…
bagus jg infonya…..jgn sampai ke malaysia ntar di akuin lho…..
Hai All..
Salam kenal yah. Saya juga termasuk orang yg mendalami psikologi sbg ilmu major saya.
Jika sdh bgini, yg terjadi biarlah terjadi. Semua berawal dari rasa keingintahuan dari orang-orang non-psikologi.
Nah, terlepas dari masalah ini, saya cuma mau bilang bahwa biar bagaimanapun jg psikotes itu tidak perlu ada manipulasi. Intinya alat-alat tes kami hanya memfasilitasi Anda (atau organisasi yg membutuhkan, spt perusahaan, sekolah, dll) untuk melihat potensi yang ada miliki. Justru dgn psikotes, Anda bisa tau kelemahan & kelebihan Anda, so you’ll know what you have to do next.. apa yg bisa Anda ‘jual’ dari kelebihan pada kepribadian Anda & apa yg bisa Anda kembangkan lg dari kelemahan yg Anda punya.
Contoh: jika Anda akan masuk ke suatu perusahaan dgn melalui proses psikotest, itu artinya perusahaan tsb ingin melihat potensi yg ada dlm diri calon karyawannya. Dari hasil psikotes dilihat apakah Anda sesuai dgn kriteria perusahaan. Initinya, psikotest ingin ‘mencocokkan’, apakah calon karyawan ‘fit’ dgn perusahaan, atau sebaliknya apakah perusahaan ‘fit’ dgn calon karyawannya. Jika ada manipulasi, kemungkinan ‘pendek jodoh’ antara calon karyawan dan perusahaan semakin besar. Ibaratnya seperti sesuatu yg ‘dipaksain’. Jika bgitu, secara tidak sadar Anda dan/atau perusahaan ybs juga akan berat untuk menjalani kerja sama dalam konteks pekerjaan.
Selain itu, psikotest tdk hanya melulu didasarkan pd pengetahuan testee (peserta psikotes) ttg alat tes itu sndiri – walaopun kemungkinan ‘bias’ ttp ada – tapi juga ada pengaruh lain seperti keadaan fisik & mental Anda sebelum psikotes, kecemasan yg tjd saat psikotes, konsentrasi, dll.
Sgitu aja informasi dari saya, smoga berguna & bisa sedikit menengahi perseteruan yg ada yah.
Salam, 🙂
Weleh2, Ayu, Risma kayaknya baru semester I blom UTS lagi :D. seharusnya komentarnya jangan kaya gitu… Menandakan kalo anda2 masih blom dalam (apalagi mendalami) ilmu psikolog. Ntar kalo dah jadi Psikolog sejati pasti komentarnya jauh berbeda…Selamat belajar terus yah Ayu dan Risma…, 🙂
Hei…thx ya informasinya…..dulu aku sering banget ikut test semacam ini waktu baru lulus kuliah sampai hapal, sekarang setelah 10 tahun tiba-tiba aku dihadapkan kepada test psikologi lagi. Kalau setelah sepuluh tahun soalnya masih sama (waduh aku no comment ya)…..yang pasti setelah baca tulisan ini setidaknya aku tahu test nya tujuannya untuk apa hanya sebatas itu, saya rasa sangat membantu sekali sebagai salah satu persiapan. Menurut keterangannya bersifat umum kok.
hahahaaha..sy lg ambil studi bt jd s.psi..ad tugas buat cri kasus pelanggaran kode etik..sy ketik “pembocoran alat tes psikologi”..dan ini link yg ad di urutan paling atas..
kl sy blg,yg td dsebutin melisa itu bukan pembocoran alt tes..cm ngasih tau mcm2 alat tes n kegunaannya..kl ngebocorin alt tes tu y bnr2 nyertain konten yg ad ddlm alt tes itu
mgkn stlh bca berbagai artikel ttg psikotest,tmn2 jd tau n bs bljr gmn cr ngjawab tes2 tersebut..tp bkn itu sbnrny yg qta cri..pd bbrp jenis tes,qta ga nntuin benar ato slah ny jawaban, tp pngn nggali daya inisiatif, kreativitas dan sebagainy..
wlpun sblmny temen2 udh pny prsiapan jwbn krn sblmny bca “pedoman mengerjakan psikotest”..itu ga akn mmberikan prbedaan yg signifikan sma hsil tes ny..krn setiap tes itu sdh dikondisikan brdasarkan kriteria trtentu.
mgkn yg udh bbrp kali ikt psikotes bs diinget lg..psti urutan pmberian tes slalu sma,,krn emg ad hal laen yg udh dperhitungkan slaen “bnr-slh” ny jawaban..contohny ky ketahanan emosi saat bekerja dbawah tekanan..kemampuan abstraksi..kpekaan terhadap keadaan sekitar..dll..
jd gt aj de..sy mw lanjut cr tugas lg..hehehe..tingkyu ^^
menurut g…..
gk ada y selah dengan tulisan y di buat melisa…. toh dia hanya memberikan gambaran,,, bukan jawaban,,,,
tes Psi,,,
seharusnya di jalankan dgn kejujuran
arti nya..
apapun jenis alat tes y di gunakan dan pertanyaan apapun y hrs kita jawab…
jawablah dengan sederhana… seperti cara pandang y kita miliki,,,
tdk perlu meniru jwb an org lain…
karena… setiap manusia berbeda…perbedaan itu lah yang membuat keunikan dalam diri kt,,,,
lisa Fiani. S,Psi
klo mnurut saya, tlisan ini gag bermasalah…
suatu dktakan mlnggar kode etik psikologi jika psikolog atau ilmu psikologi melanggar salah satu pasal yang ada dalam kode etik tersebut. kalo tentang tulisan diatas menurut saya hanya sekedar informasi umum mengenai tes psikologi yang siapa saja bisa mendapatkan informasi tersebut secara mudah (lwat google ato media lainnya). beda cerita kalo ditulisan ini ada cara-cara penilaian atau kunci-kunci dari setiap alat tes tersebut.
eh, tapi ini hanya menurut saya saja..kalau ada yang gag suka yaa…saya mohon maaf.. ^^
memangnya berbagi ilmu itu salah ya??
kenapa msh ada orang yang mementingkan kode etik daripada mementingkan untuk mencerdaskan orang/memberi pengetahuan…..
di indonesia ini banyak yang tidak lulus tes kerja karena psikotes ini……padahal kalo dipikir” psikotes itu ga akan pernah pasti bisa hasilnya akurat 100%…..
Melisa: Ga ada yg salah ko, dia cmn punya niat baik, ngasih tau kita, dia ga bermaksud buat mendiskreditkan ilmu PSIKOLOGI. Mungkin dia ga tau aja bahwa postingnya ini “melukai” para calon psikolog. so, kalod ia ga tau wajar kan?
Ayu, Risma: Mereka jg ga salah, sifat defensif mereka wajar keluar, maksudnya mungkin menjaga nama almamater ilmu yg mereka pelajari, yaa kaya kita aja jaga nama baik Indonesia di mata dunia, niatnya betul, tapi yang salah mungkin cara penyampaiannya, kalo lebih smooth, mungkin comment2 yg membentuk “blok Mellisa” dan “blok Ayu, risma” tidak terjadi.
Coba saling menghormati perasaan lah, positive thinking, jangan suudzan sama orang.
halo semua
rasanya seru melihat blognya mbak melissa, saya berpendapat seperti rekan ASTRID, bahwa ini bukan pembocoran karena memang content dari test sendiri tidak ter-expose sehingga yang kita tahu hanya nama metode dan tujuannya saja.
saya lebih melihat ini sebagai diskusi, teman2 S. Psi juga banyak yang memberikan komentar secara professional dan saya sangat setuju dengan mereka.
mungkin memang benar bahwa sifat dasar manusia salah satunya bisa melihat kesalahan orang lain tapi susah merasakan kesalahan yang diperbuat oleh dirinya sendiri, sehingga perlu adanya introspeksi diri.
manusia seperti 2 sisi dimana 1 sisi adalah ‘learning organism’ dan sisi lain adalah ‘lazy organism’, ada kala nya mereka akan belajar dan ada masa nya mereka akan berhenti belajar dan mengamati, dari kondisi ini maka semua yang dilakukan di nyatakan oleh manusia, dipengaruhi banyak hal, termasuk persepsi, ilmu pengetahuan yang dimiliki, pengalaman, asumsi, kondisi lingkungan, EMOSI, pola pikir dan beberapa hal yang membentuk kondisi seseorang ketika kecil hingga dewasa, termasuk metode pendidikan, dan lingkungan.
Jadi alat test ini adalah buatan manusia, pasti punya kelemahan dan kekurangan, bagaimana setiap orang ingin melalui psikotest tergantung dari keperluan dan kesadaran mereka juga, manusia adalah mahluk paling sempurna dan unik, ada banyak rahasia yang mungkin susah di tebak dari setiap manusia, termasuk bagaimana penjelasan tentang melewati lie detector.
Ayu dan Risma suatu saat akan belajar bagaimana menyampaikan pendapat, walaupun akan susah proses nya kalo di lihat dari model pernyataan mereka seperti diatas, woww no offense but i am not one of you, karena BIJAKSANA itu menurut saya didapat dari pengalaman, mau bersusah payah berpikir, empati, mengenali pola, bersyukur, sabar dan yang jelas tidak antipati terhadap sesuatu.
good luck melissa
ehm…mau kasih pendapat juga…
saya mahasiswa psikologi semester 5 mau kasih pendapat aja…
klo ada yang salah saling kasih tau aja yawh…cz kita sama-sama belajar aja dari informasi-informasi yang ada…
menurut aku melisa enggak melakukan pembocoran alat tes psikologi kok….
karena yang dicantumin sama dia cuma informasi aja,kecuali klo melisa cantumin soal-soalnya semua trus lembar jawaban n interpretasi jawabannya…
nach..itu baru pembocoran yang memang melanggar kode etik psikologi…
ini khan cuma kasih tau tes ini untuk apa n bentuknya seperti apa itupun secara umum gak mendetail seperti apa?!!
lagipula setahu saya mau individu itu belajar alat tes berkali-kali..
potensi dalam diri seperti apa tidak akan berubah kok!?!
saya setiap hari belajarnya alat tes terus…tapi waktu ada tes psikologi juga IQ gak berubah jadi superior atau genius kok..^_^
buat ayu n risma:
aku juga tau maksud kalian gak pingin khan ilmu kita yang susah-susah dipelajari bocor gitu aja khan…maybe ada salah persepsi dari kalian tentang tulisan melissa ini, ada baiknya kita sebagai calon-calon psikolog juga sama-sama belajar khan,sama-sama belajar buat jadi lebih bijaksana juga khan^_^
buat semuanya..
thanx yawh…
maaf-maaf klo salah kasih pendapat…
peace^_^
tau ngak kalo dipasaran udah ada buku tentang psikotes.malahan aku pernah dapat informasi dari buku, tentang gambar orang yang bagus digambar seperti apa, tangan, kaki pake dasi atau ngak..
gambar pohon juga, jadi ngak usah terlalu dipermasalahin.
Syukria infonya..
ya ini,byk yg sok pinter maka na rakyat indonesia jd sengsara..bukan na menyelesaikn masalah demi kepentingan bersama mala berantem kayak binatang ae..gk ada guna kalian pny ilmu klo gk berbagi pa lagi ilmu dijualbelikn…
ya maklum dasar na dpt ilmu jg bayar…..kruk kruk kruk..
banyak hal penting yang diadapat disini, semoga psikotest nanti berjalan dengan lancar. Thanks.
gw…..cma mw ikut komentar !!! ju2r gw paling g suka yng namanya psikotest….coz yang gw tau para pengetes hanya melihat berdasarkan jawaban yang telah dibuat…contoh ketika seorang mengikuti test wartegg..pengetes hanya melihat dari jawaban yang qt buat…padhal seharusnya yang gw ingin psikotest th adalh menjawab kenapa orang menjawab sperti ini, itu dan itu ….dan kenapa mereka jawab begitu !!! th yng harus di cari tw dan selesaikan, bukannya menilai seseorang dengan jawaban yang telah tersedia dari pengetes…..jika dia jawab ini duluan atw gambar yng ini duluan berati yang di tes orngnya seperti ini…. jika jawabnya yng lain lagi bearti dy org nya begini….pdhal yng gw ingin tw adlah kenapa orang jawab yng ini dluan, th lah yng seharus nya yng diteliti oleh para pengetes !!! th baru menurt gw psikotest, bkan mengikuti jwban yng telah dilnilai duluan….
1…lg psikotes hnyalah salah satu dari tes…dan tes masih belum tentu dapat benar dengan kepribadian seseorang sebenarny…
go melisa, chiaoooooooo …. !!! tlong share lag kalo ada info okeeeeeeeeeeeee….
1. Menurut saya Melisa ga salah karena memberikan informasi diatas dengan tujuan ingin berbagi pengetahuan.
2. Dan saya cukup yakin bahwa beliau itu bukan seorang psikolog atau pelajar jurusan psikolgi.
3. Informasi sejenis ini dapat dicari dengan mudah di google ataupun buku” tes psikologi yang beredar di toko buku
4. Para psikolog seharusnya tidak perlu berfikir bahwa dengan informasi diatas seorang kandidat akan memalsukan karakter aslinya dan sebagainya. karena pada keadaan psikotest itu tersendiri mungkin berbeda dengan kenyataannya. (tidak mungkin 100%)
secara logika ialah:
seseorang yg kurang mahir atau kurang berminat dengan permainan angka akan dinilai bahwa dia tidak memiliki keuletan atau kestabilan (salah besar) bisa jadi dia akan ulet pada bidangnya yg dia lamar yg sebenarnya tidak berkaitan dengan angka.
Orang yg tidak pandai atau tidak ahli serta kurang kreatifitas menjawab tes yg berkaitan dengan gambar. Lalu disimpulkan bahwa kepribadiannya ….
tidak sepenuhnya benar juga bukan?
seharusnya seorang psikologi bisa membaca karakter seseorang dengan instinct nya ketika melakukan interview. meskipun hasil psikotest bisa dijadikan barometer tetapi saya harap itu tidak menjadi nilai mutlak untuk melanjutkan ke proses penyaringan berikutnya. kecuali kandidat tersebut memang terbukti tidak bisa menyelesaikan hal atau pertanyaan yang sangat mudah.
tools recruitment yg ditampilkan melissa saya kira yang paling umum dan mudah dimanipulasi, jd ga usah terlalu dikecam seperti itu.kalo anda memang HRD profesional.. untuk mengukur kemampuan karyawan bisa dilihat dari proses trainingnya karena disitulah kenyataan karyawan itu kompeten atau tidak.dan bukan background psikolog saja yg merasa paling pas untuk menilai kriteria karyawan.HRD latar belakang management HR bisa dijadikan contoh dalam menjalankan fungsi HR. simple khan chaioo melissa
eeeuuuuhhh……inimah orang mau bantuin nolongin ngasih tau ama yang gak tau malah diributin….!!!
makanya sebaiknya baca dolo dunk trus disimak maksud dan tujuannya gimana…….piss…ah..
KALIAN PSIKOLOG YANG MENJELEK-JELEKKAN MELISA ATAU MEMBERIKAN KRITIK NEGATIF BUAT MELISA ITU JANYA OMONG KOSONG. JUSTRU DARI MELISA KITA TAHU FAKTANYA BAHWA BANYAK PARA PSIKOLOG YANG TIDAK MEMEGANG KODE ETIK SEHINGGA BOCOR INFORMASINYA SAMPAI KE MELISA. KALO SUDAH BEGINI BUAT APA HIMPSI DIDIRIKAN ? LENGSERKAN SAJA PENGURUS HIMPSI KLO TIDAK BISA MENGONTROL, MELAKUKAN PENGAWASAN, DAN KODE ETIK PSIKOLOGI.
KALIAN PSIKOLOG YANG COMENT JUGA GAK TAHU DIRI, KLO KALIAN JENIUS PASTI BUAT ALAT TES SENDIRI. BIKANKAH DI S2/PROGRAM PROFESI KALIAN DIAJARI CARA BIKIN ALAT TES YANG VALID DAN RELIABEL?
KALIAN MEMALUKAN!
Psycho-test?make me frustrated,,huhhh….I hate it, often failed if facing this fuckin’ case..hauauauauua
harus dibedakan antara pengetahuan, Ilmu dan Keahlian…
Pengetahuan dan ilmu boleh dipublikasikan…. misalnya meskipun saya bukan seorang Pengacara, tapi saya tahu beberapa pasal-pasal mengenai Kriminal, tahu beberapa cara pengobatan…. tapi yang harus dikembangkan oleh seseorang “AHLI” dibedakan dengan yang “Bukan Ahli” itu adalah ke-ahlian……. right????? So Kembangkan Insting psikolog bagi seorang Psikolog…. salam super….