1.Tes Intelektual, terdiri dari :
– CFIT (Culture Fair Intelegence Test) = untuk mengungkap kemampuan mental umum
– TIU (Tes Intelegensi Umum) = untuk mengungkap kemampuan mental umum
– TKD (Tes Kemampuan Dasar) = untuk mengukur kemampuan dasar individu
– AA (Army Alpha) = untuk mengetahui daya tangkap / daya konsentrasi orang
– ADKUDAG (Administrasi dan Keuangan) = untuk mengetahui kemampuan administrasi dan keuangan
– IST (Tes inteligensi) yang terdiri dari 9 subtes didasarkan pada
anggapan bahwa strutktur inteligensi tertentu cocok dengan pekerjaan
atau profesi tertentu.
2.Tes Kepribadian
– EPPS (Edwards Personal Preference Schedule) = untuk mengukur
kepribadian orang dilihat dari kebutuhan-kebutuhan yang mendorongnya (16 faktor)
– DAM&BAUM = Draw A Man Tes (Tes Gambar Orang) ; untuk
mengetahui tanggung jawab, kepercayaan diri, kestabilan dan ketahanan kerja
– WARTEGG = untuk mengetahui emosi, imajinasi, intelektual dan aktifitas subjek
– Tes Pauli = untuk mengukur sikap kerja dan prestasi kerja (daya
tahan, keuletan, sikap terhadap tekanan, daya penyesuaian, ketekunan, konsistensi, kendali diri)
– KRAEPLIEN = untuk mengungkap ketelitian,kecepatan, kestabilan dan
ketahanan kerja
– RM (The Rothwell Miller) = untuk mengetahui minat seseorang terhadap jenis pekerjaan
– PAPI Kostick = untuk menjabarkan kepribadian dalam 20 aspek yang
masing-masing mewakili need atau role tertentu, tinggi rendahnya need
atau role tertentu mempunyai arti yang spesifik. Konfigurasi yang
diperoleh adalah gambaran dari pilihan testee yang bermuatan need atau role; dan dibandingkan dengan need atau role lain dalam keseluruhan sistem kepribadian berdasarkan persepsi testee atas dirinya sendiri.
*. Wartegg Test
Pernahkah anda ikut psikotest dan disuruh menggambar atau melengkapi gambar delapan kotak diatas (Wartegg Test)
Pada saat Anda menjalankan Wartegg Test, Anda akan diberi selembar kertas yg berisi 8 kotak yg ada stimulus2 nya, kemudian Anda akan diberikan perintah untuk melengkapi dari gambar yg ada di kotak tersebut.
Isi dari masing2 gambar :
gbr 1. berupa titik ditengah kotak : ini menyangkut hal2 yg
berhubungan dengan penyesuaian diri yaitu bagaimana seseorang
menempatkan diri dlm lingkungan
gbr 2. berupa ~ tp berada di kotak sebelah kiri : menunjukkan
fleksibilitas perasaan.
gbr 3. berupa 3 garis horisontal dr pendek, sedang tinggi sejajar:
mengukur hasrat untuk maju/ ambisi
gbr 4. berupa kotak kecil di sebelah kanan : mengukur bagaimana
seseorang mengatasi kesulitan
gbr 5. seperti huruf T tp miring (susah gambarin nya) : mengukur
bagaimana cara bertindak.
gbr 6. berupa garis horisontal ; vertikal : mengukur cara berpikir /
analisa; sintesa
gbr 7. berupa titik2 : menyangkut kehidupan dan perasaan ( apakah
sudah stabil, kekanakan)
gbr 8. berupa lengkungan : mengenai kehidupan sosial/ hubungan sosial
Jika anda pernah bertanya-tanya apa fungsi test melengkapi gambar diatas dan apakah test diatas sebenarnya adalah untuk mencari tahu siapa diantara peserta yang paling pintar menggambar.
Ternyata test diatas bukan untuk mengetahui kemampuan menggambar
Anda melainkan hal tersebut merupakan salah satu cara dari beberapa
cara yang lain yang digunakan oleh psikolog untuk mengetahui
kepribadian Anda dari cara Anda menggambar.
Test Wartegg mengharuskan peserta untuk melengkapi gambar yang
terdiri dari 8 gambar, 4 diantaranya berupa garis lurus (Gambar III,
IV, V, dan VI) dan empat lainnya berupa garis lengkung (Gambar I, II,
VII, VIII). Menurut informasi dari buku, internet menyatakan bahwa garis melengkung sebaiknya diisi dengan mahkluk hidup dan garis lurus diisi dengan benda mati. Apakah ini benar ?
Selain itu menurut informasi yang didapat juga menyatakan, dari cara Anda menggambar akan terlihat apakah Anda seorang yang keras kepala, tidak terorganisir,dll. Semuanya terlihat dari kebersihan, kerapian, tekanan pensil dan sebagainya. Test ini juga mampu untuk mengungkapkan kemampuan IQ anda, dari hasil apa yang Anda gambar.
* BAUM Test
Draw A Man Tes (Tes Gambar Orang) ; untuk mengetahui tanggung jawab, kepercayaan diri, kestabilan dan ketahanan kerja.
BAUM Test termasuk dlm test Grafis. Mungkin Anda pernah menjalani test dimana Anda diberi kertas kosong dan diminta untuk menggambar pohon, dan dikertas lainnya diminta menggambar orang.
Yang dinilai bagus atau tidaknya gambar tersebut, melainkan besar-kecil gambar, tarikan garis (tegas atau tidak atau patah2), letak gambar (kanan-kiri, atas-bawah, atau center). Biasanya Anda juga diminta untuk memberikan keterangan pohon apa yang digambar, kalau orang ( dia lagi melakukan apa dan jenis kelaminnya apa). Tiap2 gambar ada artinya.
* Tes KRAEPPELIN dan PAULI
tdk ada perbedaan… semua berisikan kertas dan angka yg membedakan hanya cara dan jumlah isinya…..dan KRAEPPELIN memiliki jumlah deret angka yg lbh banyak, biasanya sang psikolog hanya menginstruksikan “pindah” pada waktu tertentu dan berbeda2 utk melihat daya tahan otak dan konsistensi. ….
Pada saat Anda menjalankan test ini pernahkah Anda bertanya-tanya bagaimana para psikolog itu memeriksa hasil test ? Karena tulisan yang dibuat mungkin kecil, berantakan, dan banyak. Ternyata dari informasi yang didapat dari buku, internet dan orang-orang psikolog bahwa mereka mempunyai teknik tertentu dalam memeriksa hasil test ini, yaitu dengan mengabaikan kolom2 tertentu dan mengecek kolom2 tertentu juga.
Namun demikian, tes psikolog hanyalah merupakan suatu alat buatan
manusia untuk mengetahui kepribadian seseorang secara umum saja. (Menurut saya taksiran).
Kesimpulan yang dihasilkannya boleh jadi berbeda dengan kepribadian
yang sesungguhnya. Hal ini diakui oleh para psikolog sendiri bahwa
tidak ada satu pun tes di dunia ini yang benar-benar akurat dapat
menilai kemampuan dan kepribadian seseorang.
=============
Psychology Today
Edwards Personal Preference Schedule (EPPS) is used to measures the rating of individuals in fifteen normal needs or motives. On the EPPS there are nine statements used for each scale. Social Desirability ratings have been done for each item, and the pairing of items attempts to match items of approximately equal social desirability. The EPPS has been designed primarily for personal counselling, but has found its way into recruitment as well. The EPPS is very suitable for these purposes.
Draw-A-Person Test (DAP, DAP test, or Goodenough-Harris Draw-A-Person Test) is used to evaluate children and adolescents for a variety of purposes. To evaluate intelligence, the test administrator uses the Draw-a-Person. The purpose of the test is to assist professionals in inferring children’s cognitive developmental levels with little or no influence of other factors such as language barriers or special needs.
PAPI (Personality and Preference Inventory) is a personality measure which was specifically designed to elicit behaviours and preferences which are appropriate to the workplace. It is an applied, workplace instrument and this is reflected by the conceptual model of personality it seeks to measure.
The PAPI Role scales measure the individual’s perception of himself or herself in the work environment and look at areas such as integrative planning and attention to detail. The Need scales probe the deeper inherent tendencies of an individual’s behaviour such as the need to belong to groups and finish a task.
PAPI is available in two different formats: PAPI-I and PAPI-N. PAPI-I is recognisable from the way that it presents questions in a forced-choice format. PAPI-I is thus suitable for assessment situations which do not require comparative judgements and where individuals are more likely to appreciate the benefit of presenting themselves honestly, such as Career development, Personal development, Coaching and mentoring, Counselling, Work problem diagnosis, Team building, Identifying training needs.
PAPI-N is recognisable from the way it presents questions as single statements, each accompanied by a rating scale. Normative questionnaires are suitable for assessment situations where there is a need to make judgements about a person in order to compare them with others. PAPI-N is thus suitable for assessment situations which require comparative judgements to be made about people and where, as a consequence, individuals might see the benefit of presenting themselves in the best possible light, such as selection between candidates for a post, matching a candidate against a PAPI ‘template’ for a specific job
Source :
http://en.wikipedia.org/wiki/Edwards_Personal_Preference_Schedule
http://en.wikipedia.org/wiki/Draw-A-Person_Test
http://en.wikipedia.org/wiki/Personality_and_Preference_Inventory
Artikel Lain :
Personality Test
gitu aja kok repot…
yg tes tinggal tes…
yg ngetes tinggal ngetes…
karakter karyawan yang sebenarnya bisa keliatan kalo udah bekerja kok.
interpretasi dari para tester terbukti ga…???
toh manajemen perusahaan yg menentukan.
AYU… ELU ITU PSIKOLOG YG GOBLOK…. & NORAK….
SEMUA YG DI TULIS DI INTERNET ADA KOK. ELU AJA YG BEGO !!!!! KALO BENER PSIKOLOG PUNYA TRIK YG LAEN, KENAPA KALO TES .. PASTI SOAL SAMA ?????
Kalo saya liat mba AYU orangnya perfeksionis dan koleris … di dunia kerja dia gak pengen orang lain tau, tapi pekerjaannya pengen di sebut sempurna …. itu bisa diliat dari kata2 dia menyindir Melissa ….
Kode Etik tuh dibuat sebagai batasan agar seorang praktisi psikologi gak keluar jalur dari fungsi dia di bidang psikologi …
Toh saya pikir Melissa cuman ngasih tau tes apa aja yang biasa dilakukan di tempat kerja …. sah2 aja lah …. but ONLY JUST KNOW …. tidak lebih …. selebihnya mengenai urusan norma dan administrasi itu haknya Psikolog dan Sarjana Psikologi …. mereka gak boleh ngasih tw kepada orang bersangkutan asalkan ada ijin dari User dan testee….
Soo , saya pikir banyak koq blog-blog yang ngejelasin banyak sekali tes psikologi ….
Wong psikologi itu bukan Ilmu pasti ….
gue pengen tau lebih banyak soal DAM&BAUM
soalnya pengen tau ajah deh….:)
Thanks buat sharing-nya disini
Aku adalah mahasiswa psikologi, baru semester 3 sih..
Kita juga sempet ngomongin soal2 kode etik. Yah memang banyak bgt psikolog yang gak taw etika, dia suka membocorkan tes2 di psikologi. Bikin buku yang mem”bocorkan” SEBAGIAN dari test psikologi..dll dah..
Tapi kalo dalam dunia kerja, maw dia taw triknya ato gak, org itu juga bakal tereliminasi pada saat di dunia kerja.
Sepintar2nya kita memanipulasi apapun, pasti akan ketahuan juga dengan berjalannya waktu.
Soal hal2 yang dibocorin ttg test, aku sih pikir positif ajah lah. biarin ajah dia bocorin, tapi tetep walopun dipelajari ma org non-psikolog, smuanya pasti beda deh…
Memang susah untuk mendapatkan test yang valid yang bener2 valid lah dalam suatu test, itu kan buatan manusia, jadi pasti ada cacatnya, cuma test itu bisa sedikit menjelaskan suatu sisi dari orang tersebut. Memang psikologi juga bukan ilmu yang sempurna, sama kyk dokter. Dokter tau penyakit tapi blom tentu bisa sembuhin juga kan..
Susahnya dalam penilaian di test ntu yah klo seseorang yang banyak di “ganggu” oleh keadaan sekitarnya, jadi test itu mungkin jadinya gak bisa terlalu valid. Contoh, org grogi, kelaperan, lagi putus sama pacar. Jadinya mana konsen sih ngerjainnya, jadi mungkin pada saat penilaiannya, malah gak sama deh. Yah tapi diluar itu semua, sebenernya psikolog bukan cuma punya kekuatan di alat test, tapi banyak hal lain yang dimiliki oleh seorang psikolog untuk menilai suatu sisi dari seseorang.
Nih aku punya kata2 yang bisa jadi perenungan buat kita semua..
Kalian itu kompleks, kepribadian diri kalian beragam. Kalian sendiri ajah terkadang gak mau disamain ma org lain, kadang kalian bilang “yah inilah gw, gw yah gw..”. Nah psikolog hanya ingin membantu kalian untuk mengetahui sebagian sisi dari kepribadian kalian. Apakah kalian mau, hanya dinilai dari buku di toko2 yang dijual secara bebas? Dinilai hanya dengan pilihan jawaban a,b,c? Tanpa melihat diri kalian secara keseluruhan? Dinilai tanpa adanya pengawasan orang yang berkompeten dibidang itu? Diberikan hasilnya dengan penjelasan yang hanya beberapa kalimat? Dihargai dengan hanya buku seharga 20rb??
Kalo gw jadi kalian, gak perlu deh susah2 buat beli buku yg sebenernya gak penting. Percayakan pada orang yang memang berkompeten, keluarkan segala hal yang ingin kalian keluarkan, ekspresikan apa yang ingin kalian ekspresikan. Maka para psikolog akan membantu kalian untuk menjelaskannya..
Secara simple nih, Ilmu psikologi adalah ilmu yang sebenarnya sudah ada sejak adanya mahkluk hidup. Namun ilmu itu lahir setelah ada orang2 yang dapat menjelaskan secara ilmiah mengenai hal2 yang terjadi pada mahkluk hidup tersebut (knp aku begini, kenapa aku begitu). Jadi, kita para psikolog, adalah orang yang dapat menjelaskan hal2 yang terjadi pada diri kalian dan menjawab kebingungan kalian ttg diri kalian sendiri.
so…
jangan kesel2an lagi yah..
bagus sekali… keterbukaan adalah pelajaran untuk menuju kedewasaan, bukan milik orang perorang, tapi milik semua yang peduli dan memiliki tanggungjawab orang dewasa. tq
tak ada salahnya orang yg bukan psikologi atau tentang alat tes psikologi….semua orang punya hak untuk belajar dan tau ilmu pengetahuan, dan mestinya hal ini bisa di jawab dan di sikapi dengan hal positif…..
tak ada salahnya orang yg bukan psikologi tau tentang alat tes psikologi….semua orang punya hak untuk belajar dan tau ilmu pengetahuan, dan mestinya hal ini bisa di jawab dan di sikapi dengan hal positif…..dan diharapkan orang psikologi bisa lebih santun dalam menyikapi masalah seperti ini…..okay
Semua Apapun itu Bentuk Ujian, diperlukan Tips dan trik, Apakah Halal Atau Tidak? Ujian dalam Psikotest diperlukan sekali tips dan trik agar diterima, atau di wawancara. semua orang berlomba lomba entah bagaimana caranya dapat diterima. diblog ini sangat bagus. masalah kode etik disini tidak melanggar kode etik. kecuali disini dibeberkan soal soal Psikotest dan beserta jawaban psikotest yang yang terbaik yang sudah ada hak ciptanya, nah baru itu melanggar kode etik. ini kan blog cuman memberikan suatu informasi. so no problem. go melisa..
Hai,mau nanya. Untuk mencari alat alat tes psikologi dan tujuan serta penciptanya gimana yah?? Thanks before
knp psikotes sbg momok ? klu yakin kt pd kemampuan kita, kt pasti sukses tnp hrs bingung2 cr info ttg test2 tsb..
salam kenal juga bwt smwny,,, sy sebagai orang yang juga mempelajari ilmu psikologi di jenjang S1 mw sdkt komentar. adanya kode etik tidak boleh pembocoran soal itu semata2 untuk tingkat validitas itu sendiri biar hasilnya tidak ada yang dirugikan baik instansi yang mengadakan tes dan subjek yang melakukan tes tersebut. jadi adanya kode etik yang seperti itu semata mata untuk kebaikan bersma dengan niat yang baik pula. so…. easy going z,, ga usah jadi panjang masalahnya y…
ada yg liad 2 kambing saya ga td lepas ngembik2 trus ga bisa diem…namanya risma & ayu ada yg liad kmana ga ya??
Hei Melisa,
Salam kenal ya, kamu ini top banget salut atas kreatifitasmu. Aku ijin copas untuk catatan di doc. pribadi ku ya. Thx
nggak usah diperpanjanglah masalahnya,indonesia banget jadinya,ilmu ttg psikologi yang udh ditulis pnjng lebar sama nona cntik melissa ini blm seberapa,setiap ilmu pengetahuan tdk dapat berdiri sndiri psti ada hubungannya dng ilmu yg lain dan sifat ilmu itu universal.
Sy se0rg s1 psikologi. Sy rasa p0stingan d atas biasa aj.. Mengapa sy sebut biasa aj? Krn mnsia hrz bljr dan smakin luas pengetahuan nya . . . Dgn adanya p0stingan d atas, membuat org2 yg tak kenal tes2 psikologi mjd mengenal dan memahami guna untk memperluas pengetahuan . . . . Klo dlm kode etik psikologi, sy rasa org2 jg dpt mengetahui keakuratan suatu pr0fesi. Jk ad yg membuka mallpraktek,, ya ga usah rep0t toh hasilnya ga akan seakurat yg prakteknya diakui oleh pemerintah . . . Yg dlanggar oleh Kodek psi tuh malprakteknya, bkn penjelasan suatu alat tes . . . Jd ga usah dperdebatkan . . . 🙂
Menurut saya ini content yang bagus, lebih bersifat informasi umum, dan andai tidak ditulis/ salin oleh Melissa-pun anda bisa dapatkan dimana-mana.
Good Job, Melissa. Buat yang bicara soal kode etik dan lain-lain, anda salah kamar kaleeee???
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “ Evaluasi Kinerja Saluran Distribusi Pada Perusahaan Roti Multi Rasa di Jember “.Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja saluran distribusi pada perusahaan Roti Multi Rasa di Jember. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan metode pengumpulanya menggunakan informasi yang didapatkan berasal dari perusahaan berupa data primer dan sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah alat Profit Margin (tingkat laba),Benefit Cost Ratio (tingkat efisiensi) dan Coefisient Of Varition (tingkat resiko). Hasil dari perhitungan Profit Margin (PM) ketiga saluran distribusi, saluran distribusi Produsen – konsumen adalah saluran distribusi yang mempunyai tingkat efisiensi tertinggi sebesar 30,99%. Berdasarkan perhitungan Benefit Cost Ratio dari ketiga saluran distribusi tersebut mempunyai keuntungan yang berbeda yaitu saluran distribusi dari produsen – konsumen sebesar 44,95 %, saluran distribusi Produsen – Pengecer – Konsumen sebesar 41,70 %, dan saluran distribusi Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen sebesar 26,12 %. Berdasarkan perhitungan Coefisient Of Variation, saluran distribusi yang memiliki tingkat resiko terkecil yaitu saluran distribusi Produsen – Konsumen sebesar 6,49 %. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan dari ketiga saluran distribusi diatas saluran distribusi Produsen – Konsumen memiliki tingkat keuntungan yang cukup tinggi, paling efisiensi dan memilki tingkat resiko yang sangat kecil. Penelitian ini menyarankan dalam rangka meningkatkan tingkat keuntungan, perusahaan harus mampu memotivasi masing – masing saluran agar dapat menambah omset penjualan, untuk perencanaan lebih lanjut perusahaan masih perlu mengkaji peluang ketiga saluran distribusi tersebut agar dapat mewujudkan tujuan bagi perusahaan baik tujuan jangka panjang maupun jangka pendek, dan perusahaan perlu melihat adanya kemauan dari para konsumen terhadap saluran distribusi yang memberikan kenyamanan bagi para konsumen, sehingga perusahaan dapat melakukan penyesuaian antara kemauan konsumen dengan kepentingan perusahaan.
Kata kunci : Profit Margin, Benefit Cost Ratio, Coefisient Of Variation
weh. . . psikolog jg manusia kadang jg trdpt celah kekurangan . . .tp setidaknya psiko test cukup membantu jg . . . thanks !
saya orang psikologi tapi saya tidak pernah tersinggung dengan apa yang telah dituliskan di atas….karena di atas hanyalah info dan teori semata apakah mereka bisa dalam prakteknya???itulah yang saya tanyakan….dan setahu saya yang tercantum di dalam kode etik itu kan bukan memberi tahu alat tes tetapi cara kerja alat tes tersebut yang di larang….
wah..kebetulan sekali saya baca artikel ini, saya baru saja jam 9-nan hari ini,jadi testeenya temen psikologi cuma untuk praktikum biasa aja sih, tes pauli juga,…setelah saya dan teman saya menyelesaikan tes itu, ada satu teman testee yang memberitahukan cara/teknik dalam menyelesaikan tes pauli,..dalam hari jelas saya tersinggung, enak sekali dia melakukan itu hanya demi mencapai tujuan tertentu, berarti hasilnya tidak valid dan gak asli dari usaha dia dong,sedangkan kami hanya berusaha maksimal menyelesaikan tes tersebut dan menuruti panduan dari yang memberikan tes, tapi yang jelas, tentunya saya dapat mengambil hikmah, bahwa apapun psikotest itu kita harus melaksanakan/menyelesaikan dengan kemampuan maksimal, tanpa ada pikiran memanipilasi atau apapun sejenisnya. jadi saat mau tanya hasilnya jadi tau deh…mana yang kurang dari diri kita…ini sekedar curhat saja…maaf ya buat semuanya ataupun pemilik blog ini…maaf jika ada kesalahan pengejaan ataupun perkataan..maklum…saya kan orang awam…semangat buat penulisnya…..artikel ini sangat bermanfaat….
Saya se0rg praktisi psikologi. Saya rasa p0stingan ini biasa aja.. Ke khawatiran Risma & Ayu terlalu berlebihan. Karena belum tentu yang tertera disini juga cocok untuk semua orang. . . . Jd ga usah dperdebatkan . . . 🙂
salam kenal…
saya juga menulis tentang tata cara penyajian (termasuk instruksinya) dan pengadministrasian Tes Wartegg, bisa dibaca di:
http://forget-hiro.blogspot.com/2010/11/cara-menyajikan-dan-mengadministrasikan.html
trauma ikut psikotest..p lg wktu interview yg terahir m psikolognya…ko kya “menelanjangi” saya..jadi gak nyaman sendiri..saya yg awalnya percaya diri jadi gak percaya diri lagi,,
postingan diatas sangat membantu saya.. karna sebelumnya saya udah kapok ikut psikotest.. karna pertama kali ikut bikin saya jadi mual.. (curhat)
tapi setelah membaca postingan ini, membuat saya kepengen ikutan lagi (pengen nyoba giituuh) hehe
makasih buat mba melisa.. salam dari saya..
terima kasih atas infonya..
baca juga tulisan kami http://repository.unand.ac.id
thanks nich infonya, tapi simpen dulu lah, nanti bacanya.
haduh.. beginian aja diributin? gimana bangsa indonesia mau maju kalo orang-orangnya saling berantem? harusnya seorang psikolog ataupun bukan psikolog bisa berpikir logis dan dewasa.. walaupun test psikolog ini telah secara gamblang (kurang gambalang malah menurut sata) dipublikasikan oleh penulis blog ini, tapi hasilnya nanti akan tetap berbeda bagi tiap orang.. semua manusia itu berbeda, dari ujung kaki sampai kepala.. seharusnya sih para psikolog gak usah khawatir kalau “rahasia” mereka bakal ketahuan.. karena setiap orang hasilnya akan berbeda-beda…. gitu aja kok repot! weleh weleh…
apa yang dibocorkan disini ?? … rahasia apa ??
Pelajaran/Ilmu bukanlah rahasia.
klo memang sesuatu bersifat rahasia… sebaiknya jng pernah disampaikan ke org lain, atau dituliskan pada media (buku,Internet, dll).
Menurut saya ini adalah artikel yang pantas utk disampaikan, karena dengan demikian kita bisa mengetahui tentang kepribadian kita, pekerjaan apa yang cocok buat kita, dan apa yg menjadi kekurangan kita.
Jika memang terjadi kecurangan, biarlah itu menjadi tanggung jawab yg berbuat.
menarik juga baca komen2 yg ada. karena saya langsung liat beberapa komen yg terakhir dan penasaran sebenarnya ayu n risma itu ngomong apa di komen sebelum2 ini, maka saya jd baca dah komen dari awal2. menurut saya, artikel diatas menarik banget. like this. kl soal etika, ga tau deh, ga pernah baca etika soal psikologi. tp, bahasa yg dipake sama ayu n risma itu bikin orang jd ga enak. ngapain harus nulis gt. harusnya kita nulis yg positif2 aja. 😀
hmmm… ternyata banyak ya jenis psikotes itu, yg saya bisa simpulkan sih memang hasil tes ini memang berbeda-beda bagi tiap orang. mungkin karena kombinasi hasil di tiap jenis tesnya beragam kali ya?
soal kode etik,,,, ada tiga faktor : pertama, waktu saya ketik “jenis tes psikologi” di google banyak sekali sumber yang memaparkan jenis-jenis psikotes bahkan dari situs yang melabelkan diri sebagai situs ilmu psikologi. jadi maaf ya mbak ayu dan mbak risma, kalaupun ini dianggap melanggar kode etik psikolog ya terlalu banyak ‘orang’ yang harus dituntut(ga ngerti mesti disebut apa :P)
kedua, penulis artikel ini cuma menyebutkan jenis-jenis tesnya saja beserta penjelasan umum/awam.
ketiga, profesi penulis bukan psikolog. itu kalau yg anda maksud kode etik profesional psikolog lho. (^_^)v
pda parah2 komennya…
tapi jadi rame… hehe
saya mahasiswa profesi psikologi..
melisa mungkin agak krg pas ya nulis ttg trik alat tes, tapi apa yg d tulis melisa ga langsung bisa menunjukkan seseorang.. trik2 itu cm sebagian kecilnya aja kok..
dan memang banyak jg yg nulis ttg alat tes selain melisa, toh di internet kita bs dapetin ribuan post kyk gini..
btw, saran saya u/ psikotes lbh baik jgn pake cheat..
krn psikolog pun ga bodoh u/ ga tau mana2 aja org yang udh belajar, atau udh berpengalaman sm alat tes.. psikolog pasti tau hasil yang murni atau curang, malu kan klo ketauan curang jg…
lebih baik alami aja, krn itu kan diri kita, kepribadian kita…
Terimakasiht mbak melisa untuk postingnya. Saya seringkali bertanya2 apa arti tes2 yang diberikan itu, namun konklusi selalu tak jelas, dengan postingan ini sangat membantu saya. Mungkin untuk prakek dan membaca hasii tes orang lain belum mampu, tp paling tdk ada sedikit gambaran tentang diri saya
This test As a tools for ngelesssss, kalo dapat karyawan yang tidak perform.
but anyway this is good information for who want to know>>>>
Menurut saya siy ini hanya pengertian umum aja, ngga ada yang rahasia…. Klo bicara kode etik psikolog saya jadi bertanya-tanya…… apakah mereka (para psikolog) benar-benar menjaga rahasia dari test psikotest itu ?? Apakah mereka akan tetap menutup mulut kalao yang bertanya pada mereka itu ada hubungan dekat dengan mereka ? misalnya suami/istri, anak, pacar…… 😀 rasanya ngga ada rahasia di dunia ini……….. karena manusia itu mahluk sosial, dia butuh komunikasi dan share apa yang ada dihati mereka……..
hai rekan2,,,saya sangat tntng macam2 tes psikologi, namun kterbatasan saya dlm jurusn yg sy ambil yaitu jurusan saya tidak mmbrikan izin secara resmi untuk menggunakan alat tes psikologi,,,
jd bolehkah sy meminta bbrapa soft copy macam tes psikologi yg rekan2 punya…
trma ksh,, ^_^
mantap.. terimakasih atas pengetahuan ini
Kebetulan saya merupakan orang dengan latar belakang psikologi dan mempelajari psikologi dan menurut saya sebenarnya psikotest itu diadakan untuk memudahkan individu. jadi hasil psikotest dapat memberikan gambaran (gambaran loh ya, jadi ada kemungkinan meleset sedikit) kepribadian seseorang dan dimana ia seharusnya bekerja. kalau orang memanipulasi jawabannya maka hasil tesnya pun akan tidak seakurat seharusnya. apa anda mau bekerja di bidang yang tidak anda sukai? nanti stress loh.. 🙂
hmm,,saya slh satu alumni psikologi juga..tapi bukan berarti saya terlalu kolot terhadap banyak contoh2 psikotes yg selama ini ada di internet dengan menuduh sekehendak saya..menurut saya,,dari disiplin ilmu manapun kita semua,,jangan terkotak-kotak deh dalam berfikir dan melihat segala sesuatu..berpikir terkotak hanya akan membuat diri kita stak dan bisa syntax error,,terlebih membuat diri kita ngga maju dan itu hanya akan membuktikan diri kita ngga mau berkembang.hehe..OK2 ayu n Risma…
Walopun saya seorang alumni psikologi,,saya juga beli beberapa buku2 tentang psikotess lhoo..wkwkwk..Dan arti dari saya membeli buku psikotes adalah dengan tujuan melatih diri saya sendiri..saya isi tu macem2 subtes verbal lah,,numerik lah,,penalaran lah,,dll lah..toh itu juga akan menambah pengetahuan saya secara pribadi walopun sedang ga ikut psikotes,,dan ingat,,ini juga merupakan salah satu bentuk proses BELAJAR lhoo..selama itu memasukkan sebuah informasi untuk diri kita sendiri..saya jadi merasa lebih baik juga,,tahu bermacam2 istilah yang tadinya tidak saya tahu misalnya dari subtes verbal..
Lalu ada satu hal lagi yang mengganjal bagi saya,,bagi yang ngerasa pernah kuliah d psikologi atau alumni mungkin juga tahu,,saya dulu sering mengatakan pada diri saya,,”halah ngapain saya mencoba2 psikotes di buku2,,saya tidak akan bisa memanipulasi diri saya dengan mencoba mengerjakan dan tidak akan merubah diri saya(ini semisal untuk tes intelegensi,,bukan untuk tes kepribadian)”..cuma pada akhirnya saya mendaur ulang pikiran saya tsb..Sempit banget ternyata cara berpikir saya..dengan pasti,ketika kuliah saya memperoleh informasi bahwa intelegensi seseorang itu bukan sesuatu yang mutlak dan tidak bisa berubah (bisa meningkat atau malah menurun sepanjang rentang kehidupan)..jika kita melatihnya,,terus memasukkan informasi yang berguna ke dalam otak kita,,dan mau mencoba bergelut dengan “analisis” saya rasa itu dapat menjadi positif bagi kita..tentunya yang mau berusaha..dan orang yang mencoba untuk mengerjakan buku2 psikotes,,itu juga adalah bentuk usaha mereka,,toh itu juga suatu hal yang bermanfaat untuk pribadi mereka sendiri dengan menambah ilmu baru…so,,mari mencoba untuk berfikir out of d box..tapi juga jgn out2 bgt lah.. ^^)
Yang pentingkan bagi yang mencoba untuk melatih dan memajukan kemampuan dgn mencoba mengerjakan buku2 psikotes (terlebih tes intelegensi) tidak mengetahui skoring menyeluruh dan norma2 dari tiap2 tes.
just my opinion,,so sorry if i have an syntax error..peace for the world and all of us.. v(^^)v
oh iya,,dan tentang contoh2 psikotes yang menyebar ke mana2..sampe kapanpun akan selalu tersebar..lha wong yang pernah ikut psikotes aja ada ratusan,ribuan,bahkan jutaan orang..dulu,,sekarang,,maupun besok..dan bisa saja satu orang pernah mengikuti 2, 5 atau 10 kali psikotes..dan ngga bisa kan untuk membungkam mereka atau sengaja membuat mereka “Lupa” akan bentuk2 psikotes yang pernah mereka ikuti,,atau malah lebih aneh lagi untuk bilang “yak semua peserta psikotes hari ini,,terima kasih atas kehadirannya pada tahapan psikotes ini,,semoga anda berhasil dan dapat mengikuti tes selanjutnya..dan setelah anda keluar dari ruangan ini anda wajib menghilangkan ingatan anda tentang semua bentuk petanyaan psikotes hari ini..”atau yo mau dilakukan hipnotis massal tiap habis psikotes untuk membuat mereka lupa bahwa mereka pernah mengikuti psikotes..
Hadeehh..maaf agan2 sekalian,,saya emang hobi nyerocos nih..ga bisa brenti ni tangan.hehe…
waah seru sekali….numpang komen ya. pertama yang ingin saya sampaikan adalah psikologi itu adalah sebuah ilmu (logos) dimana setiap materinya harus bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. begitu juga dengan alat2 tes psikologi dimana setiap alat tesnya melalui proses reliabilitas dan validitas bahkan untuk tes menggambar sekalipun. Alatnya sdh terstandar namun perlu didukung oleh SDM (psikolog) yang mumpuni untuk mengoperasionalkan alat tersebut agar hasil yg didapat bisa akurat…makanya saran saya, buat perusahaan atau perseorangan yang mo psikotes pilih biro/lembaga psikologi yg berkualitas dan jelas kemampuannya. Jgn hanya perkara biaya yang murah sebagai pertimbangannya. yang kedua : psikotes bukanlah momok…dan tidak perlu berburuk sangka pada psikotes. pengalaman tidak ketrima kerja karena psikotes itu tidak melulu karena performa anda jelek. bisa jadi kemampuan anda justru berada diatas kemampuan yang diperlukan sehingga ketika anda ditrima maka anda tidak akan berkembang bahkan mungkin kemampuan anda yang sudah anda miliki menjadi tidak terpakai dan anda justru akan mengalami kemunduran. Siapa yang akan rugi?….perusahaan?…ato anda…?
dari psikotes mungkin terlihat kemampuan anda memang tidak mumpuni di posisis yang sedang anda lamar…kalau anda ditrima, tuntuntan kerja yang tinggi membuat anda keteteran dan bisa membuat anda tidak bisa menikmati kerjaan dan berakhir dengan stres. siapa yang rugi?….perusahaan?….ato anda? psikotes di sini justru bisa menghindarkan kerugian. yang ketiga : menulis di blog sah-sah saja….cuma menurut saya ada baiknya yg anda tulis adalah hal2 yg benar2 anda kuasai agar benar2 bisa membawa manfaat bagi org lain…bukan hanya kata internet-kata internet. sumber pembelajaran yang salah justru akan menjerumuskan penulis ataupun beribu-ribu pembaca. sebagai pembaca…belief it or not sm info alat tes diatas….it’s up to you. 🙂
liat komet2nya gw jadi illfeel ma orang2 psikolog dech… mudah2an gw gax dapet istri kayak ayu ma risma hiiiiiiiiiiiiii…………………………………
bagus2 aja belajar test. but anyway, seorang psikolog akan tahu kok kemampuan asli orang tsb, bukan hanya berdasarkan test yang ditampilkan. akan terlihat apakah hasilnya memang sesuai dengan orang tsb – saat wawancara. dan kalau ternyata tidak sesuai, ini jadi catatan tersendiri.
Bahasan lama tapi baru baca skr dan panas juga baca komen ayu dan risma. Pesen saya buat kalian berdua, ilmu yang kalian miliki hanya setitik air di tengah samudera. Jangan merasa PALING cuma gara2 pernah belajar ilmu tertentu ataoooo jangan2 takut jadi gak laku yaa karena ilmunya udah banyak orang yang tau. Kalo alesannya yang terakhir, tenanggggg…..rezeki itu udah ada yang ngatur dan gak akan ketuker. Jadi pengen nanya bin penasaran….
1. Emang kalo orang psikologi belajarnya gak pake buku yaa dulu???, jadi ilmunya gak pernah tercetak biar gak bocor
2. Ato bukunya khusus dicetak dikalangan internal dan tidak boleh dijual di gramedia ato gunung agung ato kwitang senen??.
3. Padahal di akhir tulisan, jelas2 tertulis sumbernya dari wikipedia yang orang dari seluruh dunia bisa baca. Jadi kode etik yang mana yaa yang dilanggar??
Coba dijawab pertanyaan2 diatas
Senang jg membaca ilmu2 gini..
Somebody said pshycolog will not interest to you but user will so interest
to you,bagaimana psikolog menerangkan itu dengan tesnya?ini kenyataan
ikut nimbrung ya…
kebetulan saya lulusan S1 psikologi.
sejauh yang saya tahu dr buku kode etik terakhir yg saya miliki, dan mungkin kelemahan dari unitas psikolog Indonesia juga..bahwa kode etik psikologi hanya berlaku bagi anggota HIMPSI. Bahkan psikolog yang bukan anggota HIMPSI tidak dikenakan sanksi apapun.
Mungkin sebelum membenahi yang ada di luar lingkup Psikologi, lebih baik berbenah diri dulu. Dan info yang diberikan oleh blogger saya pikir tidak akan berpengaruh dalam penilaian tes. Bahkan sekalipun ada yang membocorkan trik2 dan jawaban tes. Karena disinilah uniknya tes psikologi, bukan tentang salah atau benar, akan tetapi proyeksi pribadi. Jadi sekalipun “terpaksanya” tester tertipu, yang kena dampaknya adalah testee itu sendiri yang mungkin lolos tes kerja, namun menjadi sulit beradaptasi dengan pekerjaan dan lingkungannya.
Semua kembali ke diri masing-masing.
d’sinilah kelemahan bangsa kita terlihat jelasss dri komentar ayu & risma..
jauuuhhh kalian memberi sdikiiiitt ilmu kalian kpd kami org awam mlihat posting sprti ini saja klian sudah “kebakaran jenggot” apa yg kalian takuti?klian takut tersaingin dgn kami org awam yg baru baca posting ini mnurut anda kmi langsung paham n dpt mnipu s’org psikolog? saya g yakin kalo klian bakal calon s’orng psikolog..yg saya tahu sosok s’orng psikolog itu s’sorng yg brfikir tenang(pintar),jernih,dan tidak gegabah sadar akan apa yg di ucapkannya..bahkan dgn bantuan s’org psikologlah msalah besar d’kecilkan dan msalah kcil d’hilangkan..bukan sperti kalian mmbuat msalah yg seharusnya tidak prlu untuk di permasalahkan.
kalian terlalu takut ilmu yg klian dpt brtahun2 hilang cma krna adanya blog2 sprti ini..bgitu pelitnya kalian berbagi ilmu.ilmu ittuu akan bermanfaat klo d’bagi2 samma kyk harta..so,ello g akan maju klo lo hnya berkutat dgn ilmu yg klian dpt saja tnpa kalian mndapat ilmu dr orng.
maaf klo ada slah kata..^.^
saya hnya kcewa dgn ayu & risma kalian sngat trlihat egois tdx mncerminkan bakal calon s’org psikolog #ini hanya pndapat saya yg g asing lg dgn s’org psikolog:)) #peacee^.*
Sebenarnya simpel saja…. dengan mengetahui alat tes ini dan itu serta fungsinya, pada saat HARI-H pelaksanaan, apakah semua yang mengikuti tes bisa “menghafal” hal-hal yang sudah dia baca?
Sebagai contoh, saya kutip salah satu kalimat blog di atas:
“Test Wartegg mengharuskan peserta untuk melengkapi gambar yang
terdiri dari 8 gambar, 4 diantaranya berupa garis lurus (Gambar III,
IV, V, dan VI) dan empat lainnya berupa garis lengkung (Gambar I, II,
VII, VIII). Menurut informasi dari buku, internet menyatakan bahwa garis melengkung sebaiknya diisi dengan mahkluk hidup dan garis lurus diisi dengan benda mati”
=== kita anggap saja pernyataan di atas benar “bahwa garis melengkung sebaiknya diisi dengan mahkluk hidup dan garis lurus diisi dengan benda mati” ===
Nah, pada saat seseorang melakukan tes Wartegg ini (dan biasanya tes Wartegg ini didahului oleh banyak tes lainnya : matematika, pengetahuan umum,dsb), satu pertanyaan saja:
“Apakah saat menghadapi kertas, peserta pasti bisa mengingat bahwa bahwa garis melengkung sebaiknya diisi dengan mahkluk hidup dan garis lurus diisi dengan benda mati”?
Jawabannya : BELUM TENTU, karena banyak faktor yang sudah mempengaruhi peserta saat itu, misalnya:
– fatigue (krn sudah dihadapkan dengan puluhan soal LOGIKA – yg pasti cukup memeras otak)
– stress (banyak faktor : ngantuk, bosan, lapar, etc)
– grogi (baik sadar ataupun ga sadar)
Saya sudah beberapa kali mengalami Wartegg Test, dan meskipun sudah beberapa kali dihadapkan dengan gambar yang sama dengan instruksi yang sama, hal pertama yang terjadi saat saya dihadapkan pada kertas Wartegg Test adalah : BLANK, ga tau mau gambar apa.
Anyway, menurut hemat saya, ga selalu orang yang mencari tahu mengenai alat test psikologi ini bertujuan untuk “memanipulasi” ataupun mendapatkan hasil yang bagus… Pun jika ada yang berniat demikian, saya yakin, tidak akan ada yang benar2 bisa mengingat secara detil, dikarenakan situasi dan kondisi saat pelaksanaan test itu sendiri. (suasana hening, peserta lain yang tegang, rentang waktu pengerjaan yang singkat, dan banyak faktor lain)
Banyak juga yang melakukan searching mengenai fungsi test psikologi : POST-test, atau setelah melakukan test, semata karena ingin tahu fungsi mereka menjalani serangkaian test (yang bagi beberapa orang cukup melelahkan karena ada bbrp perusahaan yang menggunakan seluruh alat test yang ada sehingga memakan waktu hampir 6jam)
Salam,
-someone yang sudah lebih dari 10x mengikuti psikotest dan tetap merasa seru-
-someone yang always penasaran dengan hal apapun dan menjadi teman dekat om google-
Cheers always…
di psikologi ada observasi , ada ilmu pernyataan.. psikodiagnostik dll
semuanya ilmu nya pasti dipake oleh seorang tester, kalo testernya orang-orang psikologi, kalo ada yang manipulasi, asal-asalan semuanya ketahuan, karena semua hasil observasi dan hasil tes nantinya di integrasikan….