Mengapa umat Katolik berdoa kepada Santa Perawan Maria
1. Maria adalah Bunda Allah
Katolik percaya bahwa Allah tidak terikat oleh suatu kewajiban apapun untuk memiliki seorang ibunda. Jika Yesus mau dilahirkan seperi Sun Go Kong dari batu, atau tiba-tiba muncul sebagai pria dewasa, Ia sanggup. Hanya saja Allah memilih untuk memiliki seorang ibunda.
Ia memilih untuk memperkenankan tubuh manusiawi-Nya dibentuk dalam rahim seorang wanita.
Ia memilih untuk memperkenankan ibunda-Nya melahirkan-Nya ke dunia sebagai seorang bayi kecil mungil. Ia memilih untuk mengijinkan ibunda-Nya menyusui-Nya, menggendong-Nya dalam pelukannya, melindungi-Nya dari mara bahaya, dan mengajari-Nya seperti layaknya seorang anak diajari oleh orang tuanya: berjalan, berbicara dan berdoa.
Ia memilih untuk memberikan kepada Maria kuasa atas Diri-Nya yang hanya dapat dinyatakan dengan cinta.
2. Maria adalah Bunda Seluruh Umat Manusia
Katolik percaya bahwa Putra Allah memilih untuk datang ke dunia melalui seorang ibunda agar ibunda-Nya itu dapat menerima pula segenap anak manusia yang berdosa sebagai saudara-saudari-Nya.
Ia memberikan teladan bagaimana bunda-Nya harus dihormati dan dikasihi. Ia mempersiapkan bunda-Nya sebagai bunda seluruh umat manusia dengan memintanya untuk menanggung segala bentuk
penderitaan yang mungkin, dan dengan demikian, mengajarkan kepadanya untuk menaruh belas kasihan pada segala bentuk penderitaan anak-anaknya.
Jika ibunda-Nya itu adalah Bunda bagi Dirinya Sendiri, pastilah Ia membebaskannya dari penderitaan, karena itu Ia mempunyai kuasa untuk melakukannya dan karena Ia mencintai Bunda-Nya dengan ksih yang tak terbatas. Ia mengadakan mukjijat-Nya yang pertama di hadapan publik atas permintaan Bunda-Nya, dan menjelang ajal-Nya, Ia mengingatkan Bunda-Nya bahwa ia telah dipersiapkan sejak semula untuk menjadi bunda bagi seluruh umat manusia.
3. Doa Salam Maria
Di dalam Perjanjian Baru, tertulis bahwa Allah menyuruh malaikat Gabriel menemui Maria. Malaikat itu berkata : ” Salam, hai engkau yang dikarunia. Tuhan menyertai Engkau….Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai dia Yesus ”
Mari bandingkan dengan doa Salam Maria : “Salam Maria penuh rahmat Tuhan sertamu, terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuhmu Yesus.”
Pada kalimat kedua Doa Salam Maria : “Santa Maria, Bunda Allah doakanlah kami yang berdosa ini sekarang dan waktu kami mati. Amin,”
Kalimat ini menyerupai kalimat yang akan kita ucapkan pada saat kita bertemu pastur, suster, pendeta, atau teman untuk mendoakan kita supaya lulus ujian, sehat, dapat jodoh, sukses, dll.
Mengapa Umat Katolik tidak membawa Alkitab ke Gereja ?
Kalau kita perhatikan, umat Gereja Katolik tidak membawa Alkitab setiap hari Minggunya, sedangkan umat Gereja Kristen lain wajib membawa Alkitab (bahkan ada beberapa pendeta yang suka menyindir jika umat tidak membawa).
Pada Gereja Katolik, misa pada setiap hari Minggunya merupakan perayaan Ekaristi dimana pada misa itu kalo kita mengamati, semua perkataan yang diucapkan oleh Pastur maupun umat adalah pengulangan dari kata-kata di Alkitab.
Jika Anda memperhatikan maka Anda bisa mengetahui bahwa semua urutan perayaan Ekaristi mempunyai arti, begitu juga dengan semua kata yang ada di misa.
Jika Anda mengecek presentase pengulangan kata-kata yang terdapat di Alkitab pada suatu perayaan Ekaristi, maka Anda bisa menemukan bahwa angka itu cukup besar, yaitu +/-80%
Contoh :
2 Kor 13:13
“Semoga rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus beserta kita.”
Mzm 123:3; Yes 33:2
“Tuhan, kasihanilah kami.”
Mat 20:30-31, Luk 17:13
“Kristus, kasihanilah kami.”
Luk 2:14
“Kemuliaan kepada Allah di surga, dan damai di bumi bagi orang yang berkenan kepada-Nya.”
Why 4:8
“Kudus, kudus, kuduslah Tuhan, Allah segala kuasa.”
Luk 22:19
“Inilah tubuh-Ku yang dikurbankan bagimu.”
Mat 26:28
“Inilah piala darah-Ku, darah perjanjian baru dan kekal, yang ditumpahkan bagimu dan bagi semua orang demi pengampunan dosa.”
Mat 6:9-13
“Bapa kami yang ada di surga…”
1 Pet 5:14
“Damai Tuhan kita Yesus Kristus beserta kita.”
Yoh 1:29
“Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia.”
Why 19:9
“Berbahagialah kita yang diundang ke perjamuan-Nya.”
Mat 8:8
“Ya Tuhan, saya tidak pantas Engkau datang kepada saya, tetapi sabdalah saja maka saya akan sembuh.”
2 Kor 9:15
“Syukur kepada Allah”
Tata Gerak Tubuh dalam Perayaan Ekaristi
Pada perayaan Ekaristi, kita sering sekali melakukan gerakan tubuh, entah itu berdiri, duduk, berlutut, mencium, dll. Apakah arti dari semua itu ? Apakah Anda bertanya-tanya mengapa kita melakukan ini pada saat perayaan Ekaristi. Semua gerakan tubuh tersebut mempunyai makna.
Tata gerak dan sikap tubuh para Imam, Diakon, para pelayan dan jemaat yang seragam menandakan kesatuan seluruh jemaat yang berhimpun untuk merayakan Liturgi Suci. Dipercaya bahwa sikap tubuh yang sama membangun dan mencerminkan sikap batin yang sama pula.
Dengan demikian, dipercaya juga bahwa jika dilakukan dengan baik maka seluruh perayaan akan memancarkan keindahan dan kesederhanaan yang anggun, partisipasi seluruh jemaat ditingkatkan dan makna aneka bagian perayaan dipahami secara tepat dan penuh.
Gerakan tubuh ini bisa berbeda di beberapa daerah, mengikuti budaya setempat.
Berkumpul di Gereja untuk merayakan misa, mempunyai arti bahwa kita adalah satu keluarga di dalam Gereja dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus. Liturgi mengundang kita untuk menemukan kembali panggilan kita, yakni tumbuh dalam kesatuan, menjadi umat Allah, berkarya dengan dan bagi saudara-saudari dalam perayaan yang dinamis.
(“Sebab dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam namaKu, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka” – Mat 18:20)
Berdiri mengungkapkan kegembiraan jemaat, gembira atas kebersamaan dan persaudaraan didalam Kristus. Berdiri menyatakan keyakinan dan perasaan yang utuh, jiwa yang siaga di hadapan Allah, siap bertemu dan berdialog dengan Allah. Kita berdiri untuk menghormati Allah, menunjukkan rasa syukur dan keakraban dengan Allah. Berdiri juga mengungkapkan persaudaraan yang hidup, yang dipersatukan bagi dan oleh Allah.
Maka, pada saat menyatakan iman (syahadat) dan Doa Syukur Agung, kita mengakui secara terbuka bahwa wafat dan kebangkitan Kristus (Misteri Paskah) adalah dasar kehidupan kita. Inilah dasar kegembiraan kita. Kegembiraan Paskah mengantar perjalanan kita menuju Allah.
Duduk mempunyai arti yang cukup luas. Duduk bisa menggambarkan bahwa ia sedang mendengarkan atau mencerna suatu pesan. Pada saat duduk, kita berharap agar Tuhan berbicara atau menyatakan diriNya pada kita. Ini adalah saat epiklesis juga. Dengan duduk kita siap menyambut sabda-sabda Allah dengan hati terbuka. Kita berharap agar sabda Allah sungguh menyirami dan menyegarkan hati kita.
Duduk berarti kesediaan untuk saling mendengarkan, saling berbagi pengalaman, saling mempersatukan diri. Duduk menerbitkan rasa damai, aman, percaya karena kita memang sedang bersatu dengan Allah. Maka tidak heran posisi duduk kita jumpai pada saat pembacaan Alkitab, mazmur tanggapan, homili, dll.
PENYUCIAN AKHIR – PURGATORIUM. [KGK 1030]
Siapa yang mati dalam rahmat dan dalam persahabatan dengan ALLAH, namun belum disucikan sepenuhnya, memang sudah pasti akan keselamatan abadinya, tetapi ia masih harus menjalankan satu penyucian untuk memperoleh kekudusan yang perlu, supaya dapat masuk ke dalam kegembiraan surga. [KGK=Katekismus Gereja Katolik]
[KGK 1031]. Gereja menamakan penyucian akhir para terpilih, yang sangat berbeda dengan siksa para terkutuk, PURGATORIUM [api penyucian]. Ia telah merumuskan ajaran-ajaran iman yang berhubungan dengan api penyucian terutama dalam konsili Firence dan Trente. Tradisi Gereja berbicara tentang api penyucian dengan berpedoman pada teks-teks tertentu dari KITAB SUCI.
“Kita harus percaya bahwa sebelum pengadilan masih ada api penyucian untuk dosa-dosa ringan tertentu, karena kebenaran abadi mengatakan bahwa, kalau seseorang menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, ‘di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak’ (Mt12:32). Dari ungkapan ini nyatalah bahwa beberapa dosa dapat diampuni di dunia ini, yang lain di dunia lain” (Gregorius Agung, dial.4,39).
“Baiklah kita membantu mereka dan mengenangkan mereka. Kalau anak-anak Ayub saja telah disucikan oleh kurban yang dibawakan oleh bapanya, bagaimana kita dapat meragukan bahwa persembahan kita membawa hiburan untuk orang-orang mati? Jangan kita bimbang untuk membantu orang-orang mati dan mempersembahkan doa untuk mereka” (Yohanes Kristostomus, hom. in 1 Cor 41,5).
SIKSA DOSA. [KGK 1472]. Supaya mengerti ajaran dan praktik Gereja ini, kita harus mengetahui bahwa dosa mempunyai AKIBAT GANDA. Dosa berat merampas dari kita persekutuan dengan Allah dan karena itu membuat kita tidak layak untuk kehidupan abadi. Perampasan ini dinamakan “siksa dosa abadi”. Di lain pihak, setiap dosa, malahan dosa ringan, mengakibatkan satu hubungan berbahaya dengan makhluk, hal mana membutuhkan penyucian atau di dunia ini, atau sesudah kematian di dalam apa yang dinamakan PURGATORIUM [api penycian]. Penyucian ini membebaskan dari apa yang orang namakan “siksa dosa sementara”. Kedua bentuk siksa ini tidak boleh dipandang sebagai semacam dendam yang Allah kenakan dari luar, tetapi sebagai sesuatu yang muncul dari kodrat dosa itu sendiri. Satu pertobatan yang lahir dari cinta yang bernyala-nyala, dapat mengakibatkan penyucian pendosa secara menyeluruh, sehingga tidak ada siksa dosa lagi yang harus dipikul.
[KGK 1473]. Pengampunan dosa dan pemulihan persekutuan dengan Allah mengakibatkan pembebasan dari siksa dosa abadi. Tetapi siksa dosa sementara tinggal. Warga Kristen itu harus berusaha menerima siksa dosa sementara ini sebagai rahmat, dengan menanggung segala macam penderitaan dan percobaan dengan sabar dan, kalau saatnya telah tiba, menerimakematian dengan tulus. Juga ia harus berikhtiar untuk menanggalkan “manusia lama” dan mengenakan “manusia baru” dengan perbuatan-perbuatan belas kasihan dan cintakasih serta dengan doa dan aneka ragam latihan mati raga. DALAM PERSEKUTUAN PARA KUDUS [KGK 1474]. Warga Kristen yang berusaha dengan bantuan rahmat Allah untuk membebaskan diri dari dosanya dan menguduskan diri, tidak sendirian. “Kehidupan setiap anak Allah dihubungkan di dakam Kristus dengan kehidupan semua saudara Kristen yang lain dalam kesatuan adikodrati Tubuh Mistik Kristus seperti dalam satu pribadi mistik dalam ikatan yang mengagumkan” [Pulus VI, Konst. Ap. “Indulgensiarum doctrina” 5].
[KGK 1475]. Dalam persekutuan para kudus, “diantara para beriman – apakah mereka telah ada di dalam tanah air surgawi atau masih menylih di tempat penyucian atau masih berziarah di dunia – benar-benar terdapat satu ikatan cinta yang tetap dan satu pertukaran kekayaan yang berlimpah” (ibid.). Dalam pertukaran yang mengagumkan ini kekudusan seseorang dapat berguna untuk orang lain, dan malahan lebih daripada dosa seseorang dapat merugikan orang lain. Dengan demikian penggunaan persekutuan para kudus dapat membantu pendosa yang menyesal, bahwa ia lebih cepat dan lebih berdaya guna dibersihkan dari siksa-siska dosanya. [KGK 1476]. Kekayaan rohani persekutuan para kudus ini kita namakan HARTA PUSAKA GEREJA. “Ia tidak boleh dibandingkan dengan sejumlah kekayaan semacam kekayaan material yang dikumpulkan dalam peredaran sejarah. Tetapi ia terdiri dari nilai yang tidak terbatas dan tidak habis-habisnya, yang dimiliki penyilihan dan jasa-jasa Kristus, Tuhan kita, yang dipersembahkan pada Allah, supaya seluruh umat manusia bebas dari dosa dan sampai kepada persekutuan dengan Bapa. Harta pusaka Gereja adalah Kristus, Penebus sendiri, sejauh di dalam Dia penyilihan dan dan jasa-jasa karya penebusan-Nya mempunyai kelangsungan dan nilai” (ibid.).
[KGK 1477]. “Disamping itu termasuk pula dalam harta pusaka ini nilai yang benar-benar tidak terukur, tidak habis-habisnya dan selalu baru, yang dimiliki doa-doa dan karya-karya baik dari Perawan Maria tersuci manapun semua orang kudus di hadirat Allah. Oleh karena rahmat-Nya mereka mengikuti jejak-jejak Kristus, Tuhan, yang telah menguduskan diri dan telah menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan oleh Bapa. Dengan demikian mereka memperoleh keselamatannya sendiri dan karena itu juga menyumbang demi keselamatan saudara-saudaranya dalam kesatuan Tubuh Mistik” (ibid).ALLAH MENGHAPUS SIKSA DOSA MELALUI GEREJA. [KGK 1478]. Indulgensi diberikan melalui Gereja, yang berkat wewenangnya untuk mengikat dan melepaskan yang diterimanya dari Yesus Kristus, membela warga Kristen yang bersangkutan dan memperuntukkan kepadanya kekayaan jasa-jasa Kristus dan para kudus, supaya ia dapat menerima dari Bapa yang mahabelas kasihan penghapuskan siksa-siksa sementara yang harus ditanggung untuk dosa-dosanya. Dengan cara ini Gereja tidak hanya membantu warga Kristen ini, tetapi juga mengajaknya untuk melakukan karya-karya kesalehan, pertobatan dan amal. [KGK 1479] Oleh karena umat beriman yang telah meninggal yang masih berada pada jalan penyucian adalah juga anggota-anggota persekutuan para kudus ini, maka kita antara lain dapat membantu mereka dengan memperoleh indulgensi bagi mereka. Dengan demikian dihapuskan siksa dosa sementara para orang mati di dalam purgatorium [api penycian].
K G K = KATEKISMUS GEREJA KATOLIK
Liturgi Gereja Katolik hari ini merayakan BUNDA MARIA DIANGKAT KESURGA.Adalah salah satu dogma,masih ada tiga dogma lain : Maria tanpa noda dosa,Maria tetap perawan,Maria Bunda Allah.Menyangkal peranan Maria dalam karya keselamatan+penebusan Allah dalam Yesus=menyangkal Yesus.Maka iman katolik yg tidak menemukan kepenuhannya dalam DEVOSI kpd Bunda Maria,iman katoliknya robek,patah,pincang,retak,bengkok,jongkok.
Source : dari berbagai majalah dan buku Katolik
Muhammad alif, islam nya islam yg mana? Karena banyak
ada 72 aliran, di Indonesia 10+4 sudah dilarang ajarannya. (digoogle aja: berita islam), saya jadi binggung, apa saya pelajari dulu tuh smua alirannya?
Kata-kata positif yg sangt brmnfaat. Trimaksh buat yg mmbuat forum ini.
Jgn saling mmbeda-bedakn krn kita sma d mta Tuhan
GBU ?
Wah makasih nih kebetulan aa soal pr tentang katolik padahal aku buddha tpi aku tdk membedkan agama semuanya sama saja sama sama memui tuhan 🙂
kata” yg bermanfa’at…